Kamis, 28 Juni 2018

Belum Meminta


Belakangan ini saya menyadari sesuatu yang sangat sepele. Awalnya saya berpikir, masih ada yang kurang di diri saya dan saya sangat menginginkannya, selama ini saya hanya menunggu, menunggu, dan menunggu―sesekali juga usaha. Namun … setelah saya pikir-pikir, kenapa hal itu belum juga saya dapatkan? Jawabannya adalah, karena saya belum meminta! Ya, saya belum meminta! Saya ingin, tetapi saya cuek, itu masalahnya.

Maka, sejak itu saya mulai meminta pada Tuhan, dengan tulus. Ya, bukan hanya memberi saja yang harus dilakukan dengan tulus, tetapi meminta pun begitu. Walau sampai sekarang hal itu juga belum saya dapatkan, tetapi saya bahagia dan merasa aman, tidak waswas, karena saya tahu … saya sudah dan masih terus meminta dalam sujud dan doa-doa. Tuhan selalu tahu, tanpa harus berkoar-koar.


Apa kamu juga punya keinginan yang belum juga didapatkan? Coba cek kembali, mungkin kamu belum memintanya―dengan tulus.

Cerita-Cerita Usang


akan ada suatu saat nanti,
ketika aku memberimu satu kotak besar penuh surat,
cobalah untuk tidak heran.
bacalah pelan-pelan,
lalu mari saling bercerita.

saat kau coba buka surat pertama,
lalu menemukan air mataku berceceran,
jangan heran.
saat kau lanjut buka yang kedua,
dan kau temukan caci makiku bertebaran,
jangan heran.

jika kau buka yang ketiga,
di sana kau berjumpa puisi-puisi cintaku,
jangan heran.
jika kau raih amplop keempat,
yang terdapat banyak tawa belepotan,
jangan heran.

berikutnya kau buka surat kelima,
kau akan menemukan timbunan kekecewaanku,
jangan heran.
berikutnya kau mulai tertarik dengan yang keenam,
kau mendapati segala rupa rahasia diri dan hidupku,
jangan heran.

di surat ketujuh,
hanya ada namamu yang kusebutkan berulang-ulang
hingga halaman penuh sesak,
jangan heran.
di surat kedelapan,
kau membaca ada teriakan, bisikan, desahan napas, decakan lidah, nyanyian sumbang,
siulan tak sempurna, dan cerita-cerita tidak penting … jadi satu,
jangan heran.

kau terus membuka yang berikutnya,
lagi …
lagi …
lagi …

lalu, saat kau bertemu pada surat terakhirku,
semoga isinya adalah kebahagiaanku menemukanmu.
dan sebagai penutup, aku ingin mengatakan sesuatu:
selamat berjumpa dengan cerita-cerita usangku,
aku bahagia jika kau sudi membalas suratku.

*untukmu kekasihku

Sederhana tetapi Hangat


Saya bukan orang yang memiliki banyak teman. Sejak TK sampai selesai kuliah saya memang memiliki teman, tetapi sangat sedikit, sungguh-sungguh sedikit. Mungkin karena memang saya orangnya sulit untuk akrab dengan orang lain. Untuk itu saya mengotak-ngotakkan hubungan pertemanan di hidup saya. Ada sahabat, kawan, dan teman. Apakah menurutmu itu jahat?
 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo