Waktu tak kan pernah mengulang dan rahasia kan menyapa,
tanpa salah.
Di hari yang ditentukan, dilahirkan, ditemukan, dan
dipisahkan ....
Syahdunya melodi
dan lirik lagu Semesta – Maliq & D’Essentials
Tidak banyak
lagu ataupun penyanyi yang saya tahu. Lagu yang saya dengarkan ya itu-itu saja.
Dari beberapa lagu itu saya membagi-baginya ke beberapa playlist. Kebetulan saya suka menamai playlist dengan judul yang unik (sebutan halus dari kata ‘aneh’).
Misal, ‘naik-naik ke puncak gunung’, judul lainnya sudah lupa karena ... setahun
belakangan ini saya sudah mengubah nama playlist
yang tadinya berbentuk kalimat jadi sepotong kata saja. Seperti ‘solilokui’,
‘reminisensi’, ‘perjalanan’, yaaa sesederhana itu.
Saya memang
cenderung mendengarkan lagu yang itu-itu saja. Bosan? Enggak. Saya introver,
ketika merasa cocok, klop, klik, apa pun itu sebutannya, maka saya akan merasa
begitu menyatu dengan hal itu. Semacam ada ikatan yang ... mendekap diri saya,
perasaan, pikiran.
Lagu-lagu yang
tidak pernah absen menjadi teman perjalanan saya adalah “Semesta”-nya Maliq
& D’Essentials, “Hanya Isyarat”-nya Drew. Dan beberapa bulan belakangan
lagu “Forget Jakarta”-nya Adithia Sofyan juga turut nangkring di list. Tiga lagu itu wajib sekali untuk
saya dengar di perjalanan, selain lagu-lagu lain juga tentunya.
Akhir-akhir ini
saya sedang menyukai lagu “Adelaide Sky”-nya Adithia Sofyan dan lagu terbarunya
Kunto Aji yang “Rehat”. Duh, lagu itu adeeem banget didengarnya. Pertama kali
saya mendengar lagu “Rehat” di saat hari masih pagi, sekitar setengah enam.
Waktu itu sambil duduk di balkon dengan pemandangan gunung dan langit yang
masih sedikit kemerahan. Saya sampai menititkkan air mata. Lagu “Rehat” konon
memang dibuat ada momen kontemplasi yang instrumental di dalamnya, dan
durasinya agak lama. Ini menyenangkan sekali.
Saya adalah
tipikal orang yang cocok terhadap suatu lagu berdasarkan instrumennya duluan.
Kalau cocok, baru lanjut ke liriknya. Untuk itu sampai sekarang ada beberapa
lagu berbahasa Inggris yang arti liriknya hanya saya tahu sekelabat (intinya
bagus), tapi sangat saya sukai, terputar berulang kali.
Nah, sayangnya,
karena saya tipe yang mengutamakan instrumen, ada banyak lagu-lagu yang
liriknya bagus tapi saya malah enggak srek mendengarnya. Misal, lagu “Pikir
Lagi” yang dinyanyikan Sherina. Liriknya sangat bagus, sarat makna yang
mendalam, tentang manusia. Tapi saya tidak ‘klik’ dengan nadanya, melodinya,
instrumennya―apalah sebutannya itu.
Karena hal itu
juga, saya jadi sering memasang-masangkan lagu dengan situasi yang sama sekali
tidak cocok. Lagu “Beautiful in White” bisa jadi backsound adegan sedih dan asyik didengar kalau sedang galau,
padahal liriknya berbunga-bunga.
Ya, cara orang
menikmati lagu memang berbeda-beda. Unik.
Saat ini―dari
segi musik―yang paling ingin segera saya capai adalah ... memiliki album Kunto
Aji yang Mantra-Mantra.
*ya, ini diunggah ulang -_-
0 komentar:
Posting Komentar