Jadi Manusia Itu Gak Gampang

Iya, gak? Apalagi kalau sudah dewasa dan hidup sendiri. Nanti siang mau makan apa? Malam makan apa? Besok, lusa, makan apa? Sabun habis, kuota menipis, piring gelas belum dicuci. Harus hemat, minggu ini jangan beli es krim dulu, beli sate ayam boleh sekali. Pakaian kotor menumpuk, besok harus ketemu sama orang banyak, jam tidur harus dipangkas lagi, kerjaan banyak yang urgen―sebut apa pun, sampai besok saya enggak akan selesai menyebutkannya.

Pas gajian, duit sudah ada di tangan, lalu duduk sambil bengong, menyadari bahwa uang di tangan ini sebenarnya sudah raib, sudah ada arahnya pada mau ke mana. Terus yang tersisa apa? Baru saja terima gaji, tetapi sudah membayangkan tanggal tua yang mengerikan. Apa bakal bisa terlewati dengan baik?

Itu baru seperseratus cuilan dari keseluruhan problematik manusia dewasa yang hidup sendiri. Ya, jadi manusia dewasa yang hidup sendiri memang enggak gampang, tetapi menyenangkan. Buktinya, saya memilih seperti itu. Hidup memang tidak mudah, tetapi ... tergantung bagaimana kita menjalaninya. Pertama dan yang sangat utama, jangan pernah lupa bersyukur, setiap hari, setiap jam, setiap detik, setiap embusan napas, setiap kedipan mata.

Ingat selalu, bahwa ada satu tempat ‘pulang’ yang sesungguhnya. Ada Dia yang selalu menanti dan menyambut kita dengan penuh cinta.

...

...

“Pada dasarnya setiap orang cukup mengetahui bahwa dia manusia yang unik, hanya ada satu kali di dunia. Dan dengan kesempatan yang luar biasa pun sekeping keragaman dalam kesatuan yang sangat indah ini dirinya tidak akan dirakit kembali untuk yang kedua.”

― Friedrich Nietszche

“Pengalaman merupakan guru yang keras, sebab ia memberi ujian lebih dulu, dan pelajaran belakangan.”

― Hoeda Manis