Seorang anak sedang memandang dari kejauhan. Aku. Menatap gelisah pada manusia-manusia yang sedang sibuk menebar kata-kata pada halamannya.
Sedangkan aku
sibuk pada halamanku sendiri. Oh, benar, itulah yang aku cintai, berbahagia
dalam halamanku sendiri. Namun, aku menjadi gelisah dan cemas tak berkesudahan.
Aku jarang bisa tenang menikmati bunga-bunga matahari di halamanku.
Bagaimana bisa?
Ya, karena manusia lain menanam dan memuja mawar!
Padahal aku tak
pernah mempermasalahkan mereka―pemuja mawar. Bahkan aku juga akan memahami jika
saja ada yang menanam krisan atau asoka, terserah mereka. Selama tidak
menggangguku, aku tak perlu repot dengan urusan halaman orang lain, bukan? Tapi
kenapa mereka mengutukku seolah-olah aku salah?
Mengapa mereka
menuntutku untuk melakukan segala hal dengan sama? Bukankah hidup ini soal
pilihan? Aku tak mengusik dan merusak halaman mereka, jadi mereka juga tidak
perlu mengusik dan mencibiri halamanku. Kenapa aku harus mengikuti hasutan
mereka? Kenapa aku tak bisa leluasa menikmati halamanku sendiri? Kenapa mereka
begitu gelisah pada diriku yang beda hanya karena tak menanam mawar yang sama?
Oh, masyarakat….
0 komentar:
Posting Komentar