Kamis, 11 Oktober 2018

Mengenali, Menerima, dan Mencintai Diri Sendiri



Kesehatan mental sangat berpengaruh pada banyak hal di hidup kita, mulai dari tubuh sampai pada perilaku dan sikap kita dalam menghadapi sesuatu. Saya belum lama mengetahui tentang istilah self-healing dan saya sangat tertarik. Karena saya sadar, ada beberapa hal yang juga perlu disembuhkan dari diri saya.

Menghadiri pelatihan self-healing sepertinya agak sulit untuk saya lakukan, karena kota tempat pelaksanaannya tidak pernah cocok dengan lokasi saya sekarang. Lalu, saya memilih untuk tetap melakukan penyembuhan sendiri. Saya mengikuti teknik-teknik yang disampaikan oleh Reza Gunawan (tahu siapa dia? Ya, suaminya Mamak Suri!), ada teknik napas 4-7-8 untuk menenangkan, teknik KRAI untuk mengelola emosi, dan teknik pawang monyet.

Tiga teknik itu bisa dilakukan sendiri. Teknik yang paling rutin saya lakukan sehari-hari adalah napas 4-7-8. Tarik napas 4 hitungan, menahannya 7 hitungan, dan mengembuskannya 8 hitungan. Selama proses belajar saya melakukannya setiap sebelum tidur malam, 2-4 putaran. Awalnya sangat berat, belum terbiasa, tetapi saya tidak berhenti berlatih. Dan sekarang, saya sudah lancar melakukannya. Sangat nyaman dan menenangkan. Yang tadinya hanya sebelum tidur, kini saya bisa melakukannya kapan pun saya ingin atau saya butuhkan. Ketika merasa marah, sakit hati, atau kecewa. Sering juga ketika sudah merasa letih berada di depan layar laptop, saya akan menyelipkan beberapa putaran napas 4-7-8.

Ada juga KRAI, Kenali, Rasakan, Akui, dan Izinkan. KRAI dan teknik pawang monyet bisa disimak langsung lewat Instagramnya Reza Gunawan. Saya tidak bisa menjelaskannya karena takut salah, saya juga belum sepenuhnya paham. Apalagi yang teknik pawang monyet, saya pernah mencobanya sekali untuk mengelola rasa sakit saya di masa lalu, tetapi baru sebentar saja sudah nangis-nangis. Takut tidak bisa mengontrol, saya memutuskan mengakhirinya walau belum tuntas. Saya takut cara saya salah dan malah mengakibatkan cedera batin. Bukannya sembuh, tetapi malah makin parah. Lain kali akan belajar dan coba lagi :)

Di Instagram ada banyak akun-akun yang isinya ilustrasi atau kutipan-kutipan mengenai kesehatan mental. Ada @bethdrawsthings @petualanganmenujusesuatu @recipesforselflove @saveyourselves.id @nkcthi, untuk yang introver ada @introvertdear. Akun-akun yang sangat menyenangkan. Untuk belajar, saya mengikuti siaran langsung dari akunnya @rezagunawan dan @ayladimitri.

Betapa pentingnya menyembuhkan luka batin, karena jika dibiarkan bisa timbul jadi penyakit fisik. Pernah dengar psikosomatis? Itu adalah sebutan buat penyakit yang akarnya ada di batin, tetapi muncul di fisik, di tubuh kita. Setelah melakukan pemeriksaan medis ternyata tidak ada pemicu atau sebab jelas tentang penyakit yang sedang dialami itu, tubuh kita baik-baik saja. Karena memang yang bermasalah sebenarnya ada di batin, bukan di fisik. Sakit apa pun itu memang sebenarnya bukan hanya fisik yang diobati, tetapi batin/kejiwaan juga. Benar, bukan?

Pada bulan September lalu saya membuat stories di Instagram dengan hashtag #mantrasebelumtidur yang merupakan kegiatan iseng-iseng saya untuk membagikan apa-apa saja yang saya pikirkan sesaat sebelum tidur. Bagi banyak introver, isi kepala cenderung riuh, (terlalu) banyak yang terpikirkan, yang melintas. Hingga ada satu titik di mana introver susah tidur karena kesulitan untuk mematikan pikiran-pikiran yang terus menyerang itu.

Nah, sesaat sebelum tidur itulah biasanya saya bercakap dengan diri sendiri, waktu yang sangat tepat. Di situ saya introspeksi, memotivasi, dan mengomentari diri sendiri. Momen yang sangat menyenangkan. Apa yang saya bagikan di Instagram story sering kali hanya inti sarinya saja, karena ‘obrolan’ saya yang sesungguhnya jauh lebih panjang dari itu dan blak-blakan.

Belajar menyembuhkan diri, belajar mengelola emosi, membawa saya pada kesempatan untuk mengenali seperti apa saya, menerima beginilah adanya saya, dan mencintai sepenuhnya yang ada pada diri saya. Belum sepenuhnya berhasil―karena belum lama memulai. Masih banyak luka-luka batin yang perlu dikelola, masih banyak yang perlu dipelajari. Saya pikir diri saya di masa depan akan sangat bersyukur atas apa yang saya lakukan terhadap diri ini, kini.

Tips sederhana untuk self-healing yang juga saya lakukan adalah banyak-banyak bersyukur. Sedangkan tambahan dari ibu saya―ini jadi wejangan rutin setiap ada kesempatan mengobrol―sering-seringlah beristigfar. Dua hal itu (tampaknya) manjur untuk saya.

Akhir kata, saya introver dan saya mencintai diri saya.

Learning about introversion helped me understand that I was not “wrong”.

...
...

[It isn’t easy being an introvert living in a world geared toward extroverts. But as I learn more about my introversion―and give myself permission to be myself―I’m finding ways to navigate this world, nevertheless.] –Delilah Hoyy

[Being an introvert was an inherent part of me, like the color of my eyes or the tone of my voice, and there was no need to change it.] –Maria Chance

0 komentar:

Posting Komentar

 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo