Kesehatan mental
sangat berpengaruh pada banyak hal di hidup kita, mulai dari tubuh sampai pada
perilaku dan sikap kita dalam menghadapi sesuatu. Saya belum lama mengetahui
tentang istilah self-healing dan saya
sangat tertarik. Karena saya sadar, ada beberapa hal yang juga perlu
disembuhkan dari diri saya.
Menghadiri
pelatihan self-healing sepertinya
agak sulit untuk saya lakukan, karena kota tempat pelaksanaannya tidak pernah
cocok dengan lokasi saya sekarang. Lalu, saya memilih untuk tetap melakukan
penyembuhan sendiri. Saya mengikuti teknik-teknik yang disampaikan oleh Reza
Gunawan (tahu siapa dia? Ya, suaminya Mamak Suri!), ada teknik napas 4-7-8
untuk menenangkan, teknik KRAI untuk mengelola emosi, dan teknik pawang monyet.
Tiga teknik itu
bisa dilakukan sendiri. Teknik yang paling rutin saya lakukan sehari-hari
adalah napas 4-7-8. Tarik napas 4 hitungan, menahannya 7 hitungan, dan
mengembuskannya 8 hitungan. Selama proses belajar saya melakukannya setiap
sebelum tidur malam, 2-4 putaran. Awalnya sangat berat, belum terbiasa, tetapi
saya tidak berhenti berlatih. Dan sekarang, saya sudah lancar melakukannya.
Sangat nyaman dan menenangkan. Yang tadinya hanya sebelum tidur, kini saya bisa
melakukannya kapan pun saya ingin atau saya butuhkan. Ketika merasa marah,
sakit hati, atau kecewa. Sering juga ketika sudah merasa letih berada di depan
layar laptop, saya akan menyelipkan beberapa putaran napas 4-7-8.
Ada juga KRAI,
Kenali, Rasakan, Akui, dan Izinkan. KRAI dan teknik pawang monyet bisa disimak
langsung lewat Instagramnya Reza Gunawan. Saya tidak bisa menjelaskannya karena
takut salah, saya juga belum sepenuhnya paham. Apalagi yang teknik pawang
monyet, saya pernah mencobanya sekali untuk mengelola rasa sakit saya di masa
lalu, tetapi baru sebentar saja sudah nangis-nangis.
Takut tidak bisa mengontrol, saya memutuskan mengakhirinya walau belum tuntas.
Saya takut cara saya salah dan malah mengakibatkan cedera batin. Bukannya
sembuh, tetapi malah makin parah. Lain kali akan belajar dan coba lagi :)
Di Instagram ada
banyak akun-akun yang isinya ilustrasi atau kutipan-kutipan mengenai kesehatan
mental. Ada @bethdrawsthings @petualanganmenujusesuatu @recipesforselflove
@saveyourselves.id @nkcthi, untuk yang introver ada @introvertdear. Akun-akun yang sangat menyenangkan. Untuk belajar, saya mengikuti siaran langsung dari
akunnya @rezagunawan dan @ayladimitri.
Betapa
pentingnya menyembuhkan luka batin, karena jika dibiarkan bisa timbul jadi
penyakit fisik. Pernah dengar psikosomatis? Itu adalah sebutan buat penyakit
yang akarnya ada di batin, tetapi muncul di fisik, di tubuh kita. Setelah
melakukan pemeriksaan medis ternyata tidak ada pemicu atau sebab jelas tentang
penyakit yang sedang dialami itu, tubuh kita baik-baik saja. Karena memang yang
bermasalah sebenarnya ada di batin, bukan di fisik. Sakit apa pun itu memang
sebenarnya bukan hanya fisik yang diobati, tetapi batin/kejiwaan juga. Benar, bukan?
Pada bulan
September lalu saya membuat stories
di Instagram dengan hashtag
#mantrasebelumtidur yang merupakan kegiatan iseng-iseng saya untuk membagikan
apa-apa saja yang saya pikirkan sesaat sebelum tidur. Bagi banyak introver, isi
kepala cenderung riuh, (terlalu) banyak yang terpikirkan, yang melintas. Hingga
ada satu titik di mana introver susah tidur karena kesulitan untuk mematikan
pikiran-pikiran yang terus menyerang itu.
Nah, sesaat
sebelum tidur itulah biasanya saya bercakap dengan diri sendiri, waktu yang
sangat tepat. Di situ saya introspeksi, memotivasi, dan mengomentari diri
sendiri. Momen yang sangat menyenangkan. Apa yang saya bagikan di Instagram story sering kali hanya inti sarinya
saja, karena ‘obrolan’ saya yang sesungguhnya jauh lebih panjang dari itu dan
blak-blakan.
Belajar
menyembuhkan diri, belajar mengelola emosi, membawa saya pada kesempatan untuk
mengenali seperti apa saya, menerima beginilah adanya saya, dan mencintai
sepenuhnya yang ada pada diri saya. Belum sepenuhnya berhasil―karena belum lama
memulai. Masih banyak luka-luka batin yang perlu dikelola, masih banyak yang
perlu dipelajari. Saya pikir diri saya di masa depan akan sangat bersyukur atas
apa yang saya lakukan terhadap diri ini, kini.
Tips sederhana
untuk self-healing yang juga saya
lakukan adalah banyak-banyak bersyukur. Sedangkan tambahan dari ibu saya―ini
jadi wejangan rutin setiap ada kesempatan mengobrol―sering-seringlah
beristigfar. Dua hal itu (tampaknya) manjur untuk saya.
Akhir kata, saya
introver dan saya mencintai diri saya.
Learning about introversion helped me understand that
I was not “wrong”.
...
...
[It isn’t easy being an introvert living in a world
geared toward extroverts. But as I learn more about my introversion―and give
myself permission to be myself―I’m finding ways to navigate this world, nevertheless.]
–Delilah Hoyy
[Being an introvert was an inherent part of me, like
the color of my eyes or the tone of my voice, and there was no need to change
it.] –Maria Chance
0 komentar:
Posting Komentar