Sabtu, 24 November 2018

Kerja dengan Cinta



“ ... Kalau kita bekerja keras setiap hari, dan kita mencintai yang kita lakukan,
kita akan jauh dari kelelahan, karena bekerja dengan pikiran senang.
Yang membuat lelah bukan kerja, tapi stres ....”
(Potongan rangkaian tweet oleh @noffret. Tahu siapa dia? :p)

Jadi, beberapa hari yang lalu saya (akhirnya) punya waktu untuk menyendiri. Diawali dengan jadwal bertemu dengan salah seorang kawan, di akhir pertemuan kami ke minimarket. Yang punya perlu itu saya, belanja aneka snack dan air mineral tentunya. Lalu kawan saya―yang juga penulis itu―berceletuk, “Ah, pasti buat teman baca buku atau nulis.” Dan saya mengiakan. Tujuan saya memang itu.

“Aneh, kan, rasanya kalau gak ada yang bisa dicemilin.” Saya tidak bertanya, lebih ke membutuhkan pembenaran. Dia mengangguk.

“Asal punya duit aja,” ujarnya, lalu kita terkekeh bareng.

Lalu setelah kami berpisah, saya benar-benar menyendiri di penginapan, sampai hari setelahnya. Saya benar-benar menikmatinya, sangat-sangat bersyukur. Saya bisa memanjakan diri* dan fokus bekerja.

Ada buku bacaan yang saya bawa, tetapi tak tersentuh karena pekerjaan sedang cukup banyak jadi saya harus mengerjakannya. Saya begitu fokus, benar-benar fokus. Seluruh perhatian terpusat pada layar laptop dan HP―bukan untuk membuka media sosial, tetapi memang perlu menggunakan HP juga demi kelancaran.

Saya begitu serius dan sungguh menikmatinya. Bekerja yang begitu menyenangkan, tanpa ada gangguan, di sebuah kamar yang nyaman, suasana sekitar yang tenang. Klop sekali. Apa kabar camilan? Saya lupa! Saya lupa untuk menyentuhnya. Saya hanya ingat bahwa saya haus, dan ketika melirik ke nakas, saya menyadari dua hal. Pertama, ternyata cemilan masih utuh tak tersentuh―dan tidak terlalu berminat. Kedua, seharusnya saya sudah mengonsumsi air putih yang jauh lebih banyak dari sekarang ini.

Lalu saya mengangguk-angguk. Saya teringat dengan rangkain tweet di atas. Ya, benar, ketika kita begitu mencintai pekerjaan dan melakukannya dengan sungguh-sungguh, kita enggak akan merasa lelah. Lelah itu hadir semata bukan perihal pekerjaannya, tetapi karena stres. Ya, terkadang sulit dibedakan memang.

Saya lalu minum banyak-banyak, khawatir nanti lupa lagi. Rasa lapar? Entah saya tidak begitu merasakannya―atau lebih tepatnya lupa. Ketika perut benar-benar sudah melilit baru saya menyerah. “Oke, saya perlu makan,” gumam saya.

“Ya!” Saya berjengit kaget dan spontan berseru ketika ada yang mengetuk pintu. Suara ketukan itulah yang selalu sukses membawa saya kembali ke ‘alam nyata’. Ah, ternyata ada seseorang yang mengantarkan snack sebagai salah satu paket layanan di penginapan ini. Well, saya tentu senang sekali. Saya menerimanya, menaruh di nakas, mengunci pintu lagi, lalu kembali memelototi laptop. Snack dan teh hangat yang menggiurkan itu hanya jadi pajangan.

Apa kabar snack yang sudah saya beli sendiri? Sampai keesokan harinya masih ada!
Apa yang bisa disimpulkan dari kejadian ini?

‘Teori’ tentang membaca, menulis, atau bekerja wajib ada camilan, rasanya mulai kurang tepat. Karena ketika mencintai suatu pekerjaan dan pikiran sudah terfokus, maka saya―atau kita―akan mengerjakannya dengan penuh cinta, dengan ketulusan. Dan saya terkejut-kejut menyadari waktu-waktu yang rasanya begitu cepat berlalu.

Tentu ini bukan pertama kalinya terjadi. Saya pernah bercerita di tulisan lain tentang bagaimana saya melupakan kopi yang sudah saya seduh ketika asyik membaca buku. Sambil menepuk jidat saya berseru, “Ah, ternyata tadi saya bikin kopi!” Lalu menyesal karena sudah dingin, padahal niatnya buat teman membaca.

Saya benar-benar telah mengalami kejadian ajaib seperti itu. Saya sungguh merasa takjub dan ingin terus mengulanginya. Rasanya menyenangkan, tidak melelahkan.

Bagaimana denganmu?

Apa pekerjaanmu?

Apa kau mencintainya? Atau justru senang ketika libur kerja?

...
...
*sebutan favorit saya untuk bersenang-senang atau sedang santai asoi.

“... Latihan 'mencintai pekerjaan' itu kini benar-benar bermanfaat bagiku. Sekarang aku memang bekerja di rumahku sendiri, dan bebas mau kerja kapan pun, bahkan bebas mau kerja atau tidak. Dan aku tetap bekerja keras, meski tidak ada yang mengawasi ... karena aku mencintai pekerjaanku.
(@noffret)

0 komentar:

Posting Komentar

 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo