Awal mula kenapa
saya bisa nonton drama ini adalah karena tante yang nonton duluan. Dia
terpingkal-pingkal sendiri dan saya penasaran. Dia sudah mengingatkan bahwa
drama ini komedi yang terkadang ceritanya absurd. Tapi, akhirnya saya terjebak
juga dan bertekad menontonnya sampai habis. Sementara tante saya malah berhenti
nonton.
Totalnya 20
episode. Menurutku drama ini memang lucu, untuk hiburan, tapi lucunya biasa
saja. Karena … terkadang ceritanya enggak masuk akal, jadi lucunya pun enggak
secara sukarela. Adakalanya saya malah merasa sebal―karena saking enggak masuk
akalnya cerita itu. Kalau sudah seperti itu saya akan berhenti nonton sampai mood saya kembali baik untuk melanjutkan
jalan ceritanya.
Yang saya suka
dari keseluruhan drama itu adalah setiap konfliknya berjalan tidak begitu lama,
sehingga segera ada penyelesaian atau akhir dari konflik itu, tidak
bertele-tele yang bisa jadi menyebalkan. Mungkin kamu berpikir, 20 episode tapi
konfliknya berakhir dengan cepat, bagaimana bisa? Ya, karena konfliknya bukan
hanya satu, tapi bejibun!
Waikiki bisa
merupakan refleksi kehidupan kita ini, hidup yang adaaa ... aja masalahnya. Dalam
menggapai cita-cita, cinta, impian, selalu ada banyak rintangan―walaupun ada
sih orang yang lancar-lancar saja urusannya. Dari seluruh pemeran utama Waikiki
saya mendapatkan pelajaran berupa semangat mereka yang tidak pernah luruh walau
selama proses menggapai impian itu tidak pernah berjalan mulus. Bahkan saat
sudah tercapai pun tetap masih ada saja hambatannya.
Hidup mereka
memang benar-benar kacau! Tapi … berdasarkan pengamatan saya, yang hidupnya
paling sengsara adalah Lee Joon Ki. Yup, dia. Miris sekali dan saya sering
terpingkal-pingkal karenanya. Kamu harus nonton drama ini kalau ingin tahu
seberapa tersiksanya hidup Lee Joon Ki dalam menggapai impian dan cintanya.
Saat ini, saya sudah
menyelesaikan kesemua episodenya. Ending-nya,
semua baik-baik saja dan bahagia. Ada satu makna yang saya petik dari episode
akhir drama itu, mereka sudah sama-sama bekerja keras untuk kemudian berhasil
menggapai impian, namun bukan berarti semua harus berhenti ‘hanya’ karena
cinta. Oh, cinta yang bijak. Masing-masing pihak saling memahami. Betapa
indahnya.