“Ah … fenomena
….”
“Sudahlah! Aku
sungguh bosan mendengarmu berulang kali menyebut kata itu.” Bocah itu sampai
membanting ranting yang dipakainya menggambar ayam di tanah.
“Oh ya? Tapi aku
sangat menyukainya. Fenomena ….”
“Tunggu. Dulu,
aku tahu ada orang yang begitu menyukai kata ‘temperatur’.”
“Oh ya?”
“Ya. Orang itu
menyukainya karena dia baru mengenal kata itu. Jadi sepanjang hari dia begitu
mengagumi tentang adanya kata ‘temperatur’ dan terus-menerus mengucapkannya.”
Raut si bocah serius sekali, mencoba mengingat hal itu.
“Hm,
kedengarannya menarik.”
“Apa kau juga
seperti itu?”
“Oh bukan,
bukan. Kata ‘fenomena’ bukan hal baru untukku, aku menyukainya karena memang
aku menyukainya.”
“Dan kau baru
akan berhenti mengucapkannya saat sudah bosan?”
“Aku tidak akan
pernah bosan.”
“Aku memang
tidak pernah bisa mengerti jalan pikiranmu.”
“Terkadang, ada
hal-hal di dunia ini yang bagi sebagian orang begitu mengherankan. Sebagian
menganggap biasa saja. Sebagian lainnya tidak pernah tahu.”
“Aku masih tidak
mengerti.”
“Karena kau
masih kecil.”
“Hei!”