Kamis, 19 Juli 2018

M A U



“Sederhana yang rumit; bertemu dengan orang yang membuatku mau.”
―Eby Tabita, 2018

Belakangan ini saya dan Tante kembali membincangkan tentang mau. Hanya tiga huruf, semua orang tahu maknanya, sederhana. Sebenarnya apa konteks ‘mau’ yang kita maksud?

Hal ini berkaitan dengan pasangan hidup. Jodoh. Kekasih. Biasanya kita ditanya oleh sahabat atau kerabat, seperti apa kriteria pasangan idaman? Nah, daripada menyebutkan satu per satu, kami merangkumnya menjadi “orang yang membuat saya mau”. Ya, sosok yang membuat saya mau hidup selamanya bersama dia. Kedengarannya sederhana dan memang sederhana. Namun, tak sesederhana itu.

Dalam hal ini, bukan berarti sosok pria itu harus melakukan berbagai hal untuk membuat saya mau bersamanya. Tidak. Pria itu tidak perlu melakukan apa pun. Karena saya menilainya dalam diam. Misalnya begini, saya bertemu seorang pria di warung soto, kami duduk bersebelahan dan sibuk menikmati soto masing-masing. Tetapi diam-diam, saya berpikir, sepertinya saya mau jika dia mengajak saya hidup bersama.

Nah, jelas, kan? Bahkan orang yang sekelebat saya temui saja bisa membuat mau, tanpa orang itu harus pontang-panting melakukan ini itu. Sepertinya terlihat gampang, tetapi tidak semudah itu.

Mungkin kamu akan berpikiran, ah, mungkin itu hanya kagum sesaat, lihatnya saja hanya sekelebat, belum tahu seluruhnya. Itu, kan, hanya salah satu contoh sederhana. Sebenarnya, saya selalu ‘memeriksa’ semua pria yang pernah saya temui. Apakah saya mau atau tidak. Ya, memang konyol. Saya ‘memeriksa’ mereka padahal mereka juga tidak ada yang ‘meminta’ saya. Namun, saya tetap senang melakukannya.

Sederhana. Namun, tidak sesederhana itu.

*ditulis sambil mendengarkan Better Together – Jack Johnson

0 komentar:

Posting Komentar

 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo