Kamis, 16 Agustus 2018

Bagaimana Kalau Orang yang Memojokkanku (Ayam Goreng)?



Sebenarnya saya tidak tahu lelaki itu sebagai apa di sana, di sebuah tempat makan pinggir jalan, menyediakan menu ayam dan bebek. Saya datang bersama keluarga, ada yang pesan ayam ada yang bebek, saya memilih ayam. Awalnya, lelaki lain yang melayani kami, sampai kemudian datanglah dia. Saya begitu terpana. *ngetik sambil malu-malu

Dia datang membantu menyiapkan makanan dan minuman, rupanya tadi dia duduk di samping ‘tenda’. Kami begitu menikmati hidangan itu karena memang enak. Tapi sungguh sayang, dalam keadaan seperti itu saya cenderung tidak bisa makan dengan nyaman. Beberapa kali aku melihat ke arahnya, ke punggungnya, sambil berusaha untuk tidak tersenyum. Tidak lama, lelaki itu lalu kembali ke luar tenda.

Benar, saya tidak bisa menghabiskan ayamnya. Sungguh kenyang sekali dan benar-benar canggung dengan suasana itu. Keluargaku hendak membayar dan sedang berurusan dengan lelaki pertama tadi. Sementara itu, dia mendekatiku dan bertanya, “Itu ayamnya belum habis, mau dibungkus?”

Saya panik! Dan karena benar-benar merasa kacau dengan keadaan itu―oh, kalau kau juga introver yang sedang naksir orang, pasti paham―saya menggeleng, “Tidak usah.”

Ternyata dia tidak menyerah, lelaki itu berbicara pada keluargaku hingga semua orang bisa dengar. “Ayamnya belum habis, dibungkus saja ini, ya?” katanya. Dan mereka menyetujuinya. Saya sempat merasa malu saat itu.

Bisa dibayangkan, saya saat itu seperti bocah yang terpojokkan karena makan enggak habis, dan pendapatku diabaikan. Ya, walaupun saya akui apa yang dilakukannya itu benar, sangat benar. Dan saya merasa dia begitu memesona, seperti pahlawan. Oh, laki-laki memang seharusnya begitu. :p

Bagaimana kalau kekasihku adalah orang yang memojokkanku tentang ayam goreng?

PS: kejadian ini benar-benar sudah lama, tapi saya masih berharap bisa bertemu lagi dengannya―entah karena keajaiban apa.

0 komentar:

Posting Komentar

 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo