Sumpah demi apa,
ini lagi iseng banget, tulisan ini sebenarnya sudah lama saya rencanakan, tapi
baru jadi ditulis sekarang. Itu pun karena tadi ada pemantiknya, sering lupa
sih.
Nah, jadi
ceritanya ... saya tuh lagi rindu. Eh, tapi bukan rindu yang gimana-gimana loh
ya. Saya sedang rindu dengan sebuah pertemanan. Sampai sekarang masih berteman
sih, tapi sudah tidak pernah berjumpa lagi, hanya bisa ngobrol via media sosial
saja.
Sebenarnya siapa
mereka?
Mereka? Ya, ada
dua orang. Mereka barista. Orang-orang pertama yang ‘menemani’ proses saya mengenal kopi lebih jauh. Barista pertama yang mengajarkan saya cara menyeduh dan
sikap mereka begitu hangat. Saya sangat senang dan bersyukur bisa berteman
dengan mereka. Kebetulan kemarin sore saya ngobrol lagi dengan salah
satunya―dan memang saya lebih akrab dengan yang satu daripada satunya. Tebersit
niatan untuk bilang ‘rindu’ tapi urung. Ya kali, nanti dikira saya ada maksud
lain! Kan konyol, hehehe.
Saya sangaaat
sangat ingin bertemu mereka lagi, nyeduh bareng, ngopi bareng, ngobrol bareng,
terus digratisin kopinya ehehe. Barista goals banget kalau bisa menciptakan chemistry seperti itu dengan
costumer-nya―menurut saya. Belakangan ini saya tahu bahwa ternyata mereka sudah
pindah kerja di kedai yang sulit untuk saya jangkau, sudah beda provinsi. Kan
iseng kebangetan kalau saya ke sana hanya untuk berkunjung ke kedai, apalagi
buta arah.
Sampai sekarang
kalau saya ngopi, sering kali teringat mereka, teringat masa-masa ketika saya
datang ke kedai itu bersama sahabat. Salah satu hal yang saya rindukan dari
Kota Kendari. Mereka adalah orang-orang yang punya pengaruh penting dalam
kopi-kopi yang saya kenal.
PS: Buat kalian
berdua―yang entah ada keajaiban apa―bisa menemukan tulisan ini, dan kalau
kalian merasa, maaf dan terima kasih ya, hehe. Duh, jadi malu. Perlu kalian
tahu bahwa saya sangat senang bisa berteman dengan tulus pada kalian :)
0 komentar:
Posting Komentar