Hal ini sudah
lama mengusik saya. Tadinya hanya sekadar terpikir sambal lalu, tetapi seiring
berjalannya waktu sampai hari ini, hal itu terus terpikirkan dan semakin
kepikiran.
Ada berbagai
kejadian atau hal yang seharusnya dilakukan di tempat kerja―yang selalu
berkaitan dengan Adik. Beberapa hari yang lalu ada suatu hal yang harus
dikerjakan atau dibuat, tetapi karena tidak ada yang ‘mampu’ akhirnya kita kalang
kabut mencari solusi agar hal itu bisa terselesaikan/terwujudkan. Terkadang,
bahkan ada hal-hal yang terpaksa tidak jadi dilakukan, hanya diucapkan semata.
Di saat seperti itu, saya ingat Adik. Ah, seandainya ada Adek di sini, batin saya. Kemarin juga terjadi hal semacam itu. Ah, kalau ada Adek di sini pasti dia bisa! pikir saya. Hari ini kembali terjadi lagi. Seandainya ada Adek! Dan di hari-hari esok pasti akan ada hal seperti itu lagi.
Saya sungguh
mendambakan kehadirannya di tempat ini. Saya merasa, dengan adanya dia semua
masalah bisa terpecahkan. Saya bisa dengan bebas memintanya melakukan ini itu
dan dia akan segera menyelesaikannya. Oh sungguh, dia begitu bisa diandalkan.
Sosok yang tidak akan cerewet jika diminta untuk menyambungkan kabel-kabel atau
memasang lampu-lampu jalan. Dia tidak akan menggerutu bahwa mungkin ada baiknya
dia ‘pindah profesi’ jadi tukang listrik saja.
Ya, dia tidak
akan membanding-bandingkan profesinya dengan hal-hal yang memang sebaiknya
bisa dilakukan oleh laki-laki, karena dia tahu, itu memang bagiannya. Dan, dia
bangga bisa melakukannya.
0 komentar:
Posting Komentar