Minggu, 26 Agustus 2018

Seandainya Ada Adik ...



Hal ini sudah lama mengusik saya. Tadinya hanya sekadar terpikir sambal lalu, tetapi seiring berjalannya waktu sampai hari ini, hal itu terus terpikirkan dan semakin kepikiran.

Ada berbagai kejadian atau hal yang seharusnya dilakukan di tempat kerja―yang selalu berkaitan dengan Adik. Beberapa hari yang lalu ada suatu hal yang harus dikerjakan atau dibuat, tetapi karena tidak ada yang ‘mampu’ akhirnya kita kalang kabut mencari solusi agar hal itu bisa terselesaikan/terwujudkan. Terkadang, bahkan ada hal-hal yang terpaksa tidak jadi dilakukan, hanya diucapkan semata.

Di saat seperti itu, saya ingat Adik. Ah, seandainya ada Adek di sini, batin saya. Kemarin juga terjadi hal semacam itu. Ah, kalau ada Adek di sini pasti dia bisa! pikir saya. Hari ini kembali terjadi lagi. Seandainya ada Adek! Dan di hari-hari esok pasti akan ada hal seperti itu lagi.

Saya sungguh mendambakan kehadirannya di tempat ini. Saya merasa, dengan adanya dia semua masalah bisa terpecahkan. Saya bisa dengan bebas memintanya melakukan ini itu dan dia akan segera menyelesaikannya. Oh sungguh, dia begitu bisa diandalkan. Sosok yang tidak akan cerewet jika diminta untuk menyambungkan kabel-kabel atau memasang lampu-lampu jalan. Dia tidak akan menggerutu bahwa mungkin ada baiknya dia ‘pindah profesi’ jadi tukang listrik saja.

Ya, dia tidak akan membanding-bandingkan profesinya dengan hal-hal yang memang sebaiknya bisa dilakukan oleh laki-laki, karena dia tahu, itu memang bagiannya. Dan, dia bangga bisa melakukannya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo