Belakangan ini
ada satu topik pembicaran dengan Adek yang membuat saya terus memikirkannya.
Saya memang pemantik percakapan paling aktif kalau sedang berbincang dengannya
via telepon. Menanyakan apa ada yang sakit di badannya? Adakah masalah dengan
sekolah atau kawannya? Apakah sering dimarahi Bapak-Ibu? Sudahkah cium lutut hari ini?
Pertanyaan yang
cukup sering saya ajukan juga adalah ‘kamu nakal nggak?’ Dan yang terakhir ini
dia menjawab pertanyaan saya berbeda dengan jawaban-jawaban sebelumnya. Entah,
apakah dia bosan dengan pertanyaan itu atau dia baru menemukan
kesadaran/jawaban yang lebih tepat.
“Nggak dong ...,”
jawabnya.
“Masa?” Seperti
biasa, saya menggodanya. Biasanya dia akan menjawab “Iya Mbak, serius!”
“Iya lah, Mbak.
Mau nakalin apa juga?” jawabnya kali ini dengan santai.
Saya terkejut
dan terkagum-kagum, lalu terbahak-bahak disusul gelak tawa di seberang sana.
Ada sesuatu yang berputar-putar di kepala saya. Ya, benar juga katanya itu. Apa
yang mau dinakali? Logikanya, kehidupan sehari-hari, kan, baik-baik saja.
Alhamdulillah semua terpenuhi. Adem ayem.
Nah, lalu, kenapa harus nakal? Apa yang mau ‘dinakali’? Kurang kerjaan.
Saya jadi
terpikir, kenapa anak-anak itu banyak yang nakal? Apa pemantiknya? Bukankah
dengan tidak-melakukan-itu mereka akan baik-baik saja? Mungkin pengaruh
bagaimana didikan keluarga ... atau memang ada keadaan-keadaan tertentu yang
membuat mereka ‘memilih’ atau ‘menjadi’ nakal?
Mari kita lihat
adik saya sebagai bayangan. Hidupnya baik-baik saja, lalu seandainya dia iseng
untuk nakal, dia mencuri uang ibu misalnya, untuk jajan lebih banyak. Atau ... dia
bolos sekolah untuk main di sungai. Atau, mengendarai motor dengan ugal-ugalan.
Bisa juga dia berkelahi dengan temannya.
Tunggu! Kalau
dipikir-pikir, kok kurang kerjaan banget, ya? Dan adik saya memang bukan tipe
anak yang seperti itu. ‘Mau menakali apa?’ adalah pertanyaan paling masuk akal.
Hidup sudah enak begini saja kok mau dibikin ribet! Atau, hidup sudah ruwet
begini kok mau makin diruwetkan lagi! Ya, setiap individu punya alasannya
masing-masing, sih.
Dan, teruntuk
anak-anak nakal di luar sana―dan yang bukan anak-anak―semoga bisa bertanya pada
diri sendiri ‘kenapa harus nakal?’ dan semoga dapat jawabannya.
0 komentar:
Posting Komentar