Senin, 20 Agustus 2018

Mau Menakali Apa?



Belakangan ini ada satu topik pembicaran dengan Adek yang membuat saya terus memikirkannya. Saya memang pemantik percakapan paling aktif kalau sedang berbincang dengannya via telepon. Menanyakan apa ada yang sakit di badannya? Adakah masalah dengan sekolah atau kawannya? Apakah sering dimarahi Bapak-Ibu? Sudahkah cium lutut hari ini?

Pertanyaan yang cukup sering saya ajukan juga adalah ‘kamu nakal nggak?’ Dan yang terakhir ini dia menjawab pertanyaan saya berbeda dengan jawaban-jawaban sebelumnya. Entah, apakah dia bosan dengan pertanyaan itu atau dia baru menemukan kesadaran/jawaban yang lebih tepat.

“Nggak dong ...,” jawabnya.

“Masa?” Seperti biasa, saya menggodanya. Biasanya dia akan menjawab “Iya Mbak, serius!”

“Iya lah, Mbak. Mau nakalin apa juga?” jawabnya kali ini dengan santai.

Saya terkejut dan terkagum-kagum, lalu terbahak-bahak disusul gelak tawa di seberang sana. Ada sesuatu yang berputar-putar di kepala saya. Ya, benar juga katanya itu. Apa yang mau dinakali? Logikanya, kehidupan sehari-hari, kan, baik-baik saja. Alhamdulillah semua terpenuhi. Adem ayem. Nah, lalu, kenapa harus nakal? Apa yang mau ‘dinakali’? Kurang kerjaan.

Saya jadi terpikir, kenapa anak-anak itu banyak yang nakal? Apa pemantiknya? Bukankah dengan tidak-melakukan-itu mereka akan baik-baik saja? Mungkin pengaruh bagaimana didikan keluarga ... atau memang ada keadaan-keadaan tertentu yang membuat mereka ‘memilih’ atau ‘menjadi’ nakal?

Mari kita lihat adik saya sebagai bayangan. Hidupnya baik-baik saja, lalu seandainya dia iseng untuk nakal, dia mencuri uang ibu misalnya, untuk jajan lebih banyak. Atau ... dia bolos sekolah untuk main di sungai. Atau, mengendarai motor dengan ugal-ugalan. Bisa juga dia berkelahi dengan temannya.

Tunggu! Kalau dipikir-pikir, kok kurang kerjaan banget, ya? Dan adik saya memang bukan tipe anak yang seperti itu. ‘Mau menakali apa?’ adalah pertanyaan paling masuk akal. Hidup sudah enak begini saja kok mau dibikin ribet! Atau, hidup sudah ruwet begini kok mau makin diruwetkan lagi! Ya, setiap individu punya alasannya masing-masing, sih.

Dan, teruntuk anak-anak nakal di luar sana―dan yang bukan anak-anak―semoga bisa bertanya pada diri sendiri ‘kenapa harus nakal?’ dan semoga dapat jawabannya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo