Rabu, 14 Maret 2018

Perihal Facebook


Melihat aktivitas akun Facebook belakangan ini membuat saya merasa perlu untuk membahasnya daripada dibiarkan. Tidak penting memang. Jadi tidak usah dibaca, tapi saya tetap menuliskannya di sini.

Saya sudah lama tidak aktif di Facebook. Bahkan sempat lupa password-nya. Aplikasinya pun sudah lama saya hapus. Tapi saya download lagi di pertengahan Januari lalu, itu pun versi Lite. Karena apa? Tak lain dan tak bukan, karena digital tribe Aroma Karsa.

Saking jarangnya buka FB, ada pesan-pesan yang masuk menanyakan kabar saya juga hal-hal lain dan baru bisa saya balas. Jarak antara pertanyaan dan balasan saya itu biasanya satu bulan dan ada yang lebih. Lalu sekarang untuk berkirim pesan harus lewat Messenger bukan? Itu juga membuat saya malas.

Ada saja hal-hal lain yang membuat saya malas berurusan dengan apa pun yang ada di Facebook. Benar, di sana banyak yang alay, banyak post-post tidak jelas―menurut saya. Mungkin kamu akan berkata “Itu sih yang salah kamu, memangnya teman-teman kamu siapa saja kok sampai bisa seperti itu?” Ya… intinya, apa pun penyebab dan kondisinya, saya sudah kehilangan minat untuk “main-main” di sana.

Belakangan saya terpikir untuk mengurus akun saya itu. Membatasi pertemanan, menyingirkan yang tidak perlu, menghapus ini-itu de el el. Ingiiin sekali rasanya menyeleksi ulang daftar pertemanan. Menyisakan hanya akun-akun dari orang yang benar-benar saya kenal saja. Walaupun isi timeline-nya juga alay atau digunakan untuk olshop tapi tidak apa-apalah, asal dia teman saya maka akan tetap dipertahankan.

Namun bukan berarti lalu saya akan kembali aktif di sana. Tidak. Saya hanya ingin menguru dan merapikan saja. “Ngapain repot-repot diberesin? Membatalkan pertemanan banyak orang, toh nggak dipakai lagi?” Ya… pengin saja. *mengedikkan bahu*

Tapi rencana itu sampai sekarang belum terlaksana. Ya itu tadi. Saya ingiiin sekali segera membereskannya. Tapi karena itu bukan prioritas saat ini maka sedikit saya singkirkan dulu. Walau kesannya kegiatan itu hanya iseng-iseng, tapi saya pikir akan membutuhkan waktu semalam suntuk untuk menyelesaikannya, dan saya belum bisa.

Dan juga… saya minta maaf untuk teman-teman (terutama yang saling kenal dengan saya) yang sudah mengirimkan permintaan pertemanan tapi belum saya konfirmasi. Dan saya mengucapkan terima kasih atas iktikad baik itu. Tapi tidak usah kecewa―dan pasti tidak ada yang kecewa sih, lha emang saya siapa?

Bukan bermaksud sombong dengan tidak menyetujui pertemanan di Facebook. Hanya saja… untuk apaaa? Untuk apa kita berteman di Facebook toh saya tidak aktif di sana? Wong akun bapak saya saja tidak saya gubris.

Jadi, sebaiknya tidak usah misuh-misuh sambil mengatai saya sombong. Please deh, dikit-dikit dikatain sombong, dikit-dikit sombong. Bahkan di dunia nyata pun saat kita berpapasan dan saya sudah senyum, masiiih juga dikatain “Cie, sombong ya sekarang….”
Kui ki kepiye to??

0 komentar:

Posting Komentar

 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo