Melihat aktivitas akun Facebook belakangan ini
membuat saya merasa perlu untuk membahasnya daripada dibiarkan. Tidak penting
memang. Jadi tidak usah dibaca, tapi saya tetap menuliskannya di sini.
Saya sudah lama tidak aktif di Facebook. Bahkan
sempat lupa password-nya. Aplikasinya pun sudah lama saya hapus. Tapi saya
download lagi di pertengahan Januari lalu, itu pun versi Lite. Karena apa? Tak
lain dan tak bukan, karena digital tribe
Aroma Karsa.
Saking jarangnya buka FB, ada pesan-pesan yang masuk
menanyakan kabar saya juga hal-hal lain dan baru bisa saya balas. Jarak antara
pertanyaan dan balasan saya itu biasanya satu bulan dan ada yang lebih. Lalu
sekarang untuk berkirim pesan harus lewat Messenger bukan? Itu juga membuat
saya malas.
Ada saja hal-hal lain yang membuat saya malas berurusan
dengan apa pun yang ada di Facebook. Benar, di sana banyak yang alay, banyak post-post tidak jelas―menurut saya. Mungkin
kamu akan berkata “Itu sih yang salah kamu, memangnya teman-teman kamu siapa saja
kok sampai bisa seperti itu?” Ya… intinya, apa pun penyebab dan kondisinya,
saya sudah kehilangan minat untuk “main-main” di sana.
Belakangan saya terpikir untuk mengurus akun saya
itu. Membatasi pertemanan, menyingirkan yang tidak perlu, menghapus ini-itu de el el. Ingiiin sekali rasanya
menyeleksi ulang daftar pertemanan. Menyisakan hanya akun-akun dari orang yang
benar-benar saya kenal saja. Walaupun isi timeline-nya
juga alay atau digunakan untuk olshop
tapi tidak apa-apalah, asal dia teman saya maka akan tetap dipertahankan.
Namun bukan berarti lalu saya akan kembali aktif di sana.
Tidak. Saya hanya ingin menguru dan merapikan saja. “Ngapain repot-repot
diberesin? Membatalkan pertemanan banyak orang, toh nggak dipakai lagi?” Ya…
pengin saja. *mengedikkan bahu*
Tapi rencana itu sampai sekarang belum terlaksana.
Ya itu tadi. Saya ingiiin sekali segera membereskannya. Tapi karena itu bukan
prioritas saat ini maka sedikit saya singkirkan dulu. Walau kesannya kegiatan
itu hanya iseng-iseng, tapi saya pikir akan membutuhkan waktu semalam suntuk
untuk menyelesaikannya, dan saya belum bisa.
Dan juga… saya minta maaf untuk teman-teman
(terutama yang saling kenal dengan saya) yang sudah mengirimkan permintaan
pertemanan tapi belum saya konfirmasi. Dan saya mengucapkan terima kasih atas iktikad
baik itu. Tapi tidak usah kecewa―dan pasti tidak ada yang kecewa sih, lha emang
saya siapa?
Bukan bermaksud sombong dengan tidak menyetujui
pertemanan di Facebook. Hanya saja… untuk apaaa? Untuk apa kita berteman di
Facebook toh saya tidak aktif di sana? Wong akun bapak saya saja tidak saya
gubris.
Jadi, sebaiknya tidak usah misuh-misuh sambil
mengatai saya sombong. Please deh,
dikit-dikit dikatain sombong, dikit-dikit sombong. Bahkan di dunia nyata pun
saat kita berpapasan dan saya sudah senyum, masiiih juga dikatain “Cie, sombong
ya sekarang….”
Kui ki kepiye to??
Kui ki kepiye to??
0 komentar:
Posting Komentar