Minggu, 11 Maret 2018

Selamat Menikah untuk Kalian dari Kami


Tahun lalu, saat saya sedang genting-gentingnya dengan urusan revisi skripsi, ada sesuatu yang begitu mengganggu. Sesuatu itu berwujud seorang pria. Yeah….

Sebenarnya saya hendak menulis dengan panjang lebar untuk membahas hal ini. Namun, saya pikir akan lebih baik jika saya persingkat saja.

Begini, saya punya sahabat bernama Aira―bukan nama sebenarnya. Namanya juga sahabat, jadi kita banyak bercerita tentang urusan pribadi, pun perihal cowok. Saya mengetahui dia sedang naksir Mas Sam sebagaimana dia juga tahu bahwa saya sedang naksir Mas Joe (kedua nama itu bukan nama asli). Sebagai catatan, Mas Joe dan Mas Sam tidak saling kenal, mereka tinggal di kota berbeda.

Saya dan Aira menyadari bahwa kisah “naksir” kita beda cerita. Tapi saya bisa menarik benang merah dari kisah kami berdua. Jadi begini, kami sama-sama sedang naksir cowok tapi tidak mengatakannya secara langsung pada mereka. Kami dengan sadar membiarkan semuanya mengalir begitu saja. Tapi… dengan sadar pula, kami menerima bahwa akhirnya kisah kami tidak berakhir dengan indah.

Saya sadar dulu saya memberikan kode-kode buat Mas Joe, bahkan saya membuat tulisan sebulan penuh di Februari tahun lalu di Instagram. Tapi, saya melakukannya dengan… apa ya sebutannya? Iseng-iseng… toh otak saya masih waras, saya menginginkannya namun saya juga sadar bahwa hal itu sangat jauh untuk digapai. Jadi, saya tetap mengaguminya, membuat tulisan-tulisan tentangnya, tapi juga sudah bersiap untuk kemungkinan terburuk.

Ibaratnya, saya melakukan semuanya, mau bagaimana pun hasilnya, seburuk apa pun akhirnya, ya terserah! Kemungkinan begitu juga yang dipikirkan oleh Aira.

….

Saat itu―entah bagaimana awalnya, saya lupa―saya mendapatkan suatu kabar bahwa ternyata Mas Joe akan menikah tahun depan (2018). Saya yang sudah mbulet mikirin skripsi makin kacau mengetahui fakta itu. Namun Aira terus menyemangati. Dan saat itu kondisinya Mas Sam―yang ditaksir Aira―juga ternyata sudah memiliki pacar dan tampaknya mereka menjalaninya dengan serius. Jadi kondisi kami kurang lebih sama dan saling menguatkan sambil tertawa.

Beberapa bulan berikutnya, saat skripsi saya sudah selesai dan tinggal tunggu wisuda, ada kabar mengejutkan lagi. Mas Joe akan menikah tahun ini (2017) tidak jadi tahun depan! Saya menyampaikannya pada Aira dengan sedih campur terpingkal-pingkal. Aira pun tertawa sambil tak lupa memberi berondongan candaan dan ejekan.

Sekarang, Mas Joe sudah masa lalu untuk saya.

Cerita itu sudah selesai. Namun yang membuat saya sampai menuliskan catatan ini adalah beberapa hari yang lalu Aira mengirimkan sebuah foto lewat WhatsApp pada saya. Beberapa bulan belakangan kami memang jarang ngobrol panjang di WA karena kesibukan kami masing-masing, tidak seperti ketika masih kuliah dulu yang bisa saling mengirimkan chat-chat yang nirfaedah.

Jadi, saya penasaran foto apa yang membuatnya merasa perlu untuk dikirimkan pada saya. Ternyata, itu foto selembar undangan pernikahan. Nama dua pasang mempelai yang tercetak jelas di sana tentu sangat saya kenali. Mas Sam akan menikah bulan Maret ini (tanggal 11 hari ini!) dengan pacarnya yang sudah lama kami ketahui itu.

Saya terpingkal-pingkal dulu beberapa saat sebelum membalasnya. Seperti biasa, saya melontarkan candaan dan ejekan pada Aira. Berikutnya percakapan kami lancar membahas undangan itu, saya tak bisa berhenti tertawa-tawa membaca balasannya terhadap candaan saya.

(Yeah… Aira, si masnya kamu pun sekarang menikah, menyusul si masnya aku yang sudah duluan tahun kemarin. Ucapkan selamat yuk.)

So, selamat menikah untuk kalian berdua, ya. Berbahagialah… dadah….

*lalu ditimpuk Aira, “Ngapain pake ‘dadah’ segala, sih?!”*

0 komentar:

Posting Komentar

 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo