Tahun lalu, saat saya sedang genting-gentingnya
dengan urusan revisi skripsi, ada sesuatu yang begitu mengganggu. Sesuatu itu
berwujud seorang pria. Yeah….
Sebenarnya saya hendak menulis dengan panjang lebar untuk
membahas hal ini. Namun, saya pikir akan lebih baik jika saya persingkat saja.
Begini, saya punya sahabat bernama Aira―bukan nama
sebenarnya. Namanya juga sahabat, jadi kita banyak bercerita tentang urusan
pribadi, pun perihal cowok. Saya mengetahui dia sedang naksir Mas Sam sebagaimana
dia juga tahu bahwa saya sedang naksir Mas Joe (kedua nama itu bukan nama asli).
Sebagai catatan, Mas Joe dan Mas Sam tidak saling kenal, mereka tinggal di kota
berbeda.
Saya dan Aira menyadari bahwa kisah “naksir” kita
beda cerita. Tapi saya bisa menarik benang merah dari kisah kami berdua. Jadi
begini, kami sama-sama sedang naksir cowok tapi tidak mengatakannya secara
langsung pada mereka. Kami dengan sadar membiarkan semuanya mengalir begitu
saja. Tapi… dengan sadar pula, kami menerima bahwa akhirnya kisah kami tidak
berakhir dengan indah.
Saya sadar dulu saya memberikan kode-kode buat Mas
Joe, bahkan saya membuat tulisan sebulan penuh di Februari tahun lalu di
Instagram. Tapi, saya melakukannya dengan… apa ya sebutannya? Iseng-iseng… toh otak
saya masih waras, saya menginginkannya namun saya juga sadar bahwa hal itu
sangat jauh untuk digapai. Jadi, saya tetap mengaguminya, membuat
tulisan-tulisan tentangnya, tapi juga sudah bersiap untuk kemungkinan terburuk.
Ibaratnya, saya melakukan semuanya, mau bagaimana
pun hasilnya, seburuk apa pun akhirnya, ya terserah! Kemungkinan begitu juga
yang dipikirkan oleh Aira.
….
Saat itu―entah bagaimana awalnya, saya lupa―saya
mendapatkan suatu kabar bahwa ternyata Mas Joe akan menikah tahun depan (2018).
Saya yang sudah mbulet mikirin
skripsi makin kacau mengetahui fakta itu. Namun Aira terus menyemangati. Dan
saat itu kondisinya Mas Sam―yang ditaksir Aira―juga ternyata sudah memiliki
pacar dan tampaknya mereka menjalaninya dengan serius. Jadi kondisi kami kurang
lebih sama dan saling menguatkan sambil tertawa.
Beberapa bulan berikutnya, saat skripsi saya sudah
selesai dan tinggal tunggu wisuda, ada kabar mengejutkan lagi. Mas Joe akan
menikah tahun ini (2017) tidak jadi tahun depan! Saya menyampaikannya pada Aira
dengan sedih campur terpingkal-pingkal. Aira pun tertawa sambil tak lupa memberi
berondongan candaan dan ejekan.
Sekarang, Mas Joe sudah masa lalu untuk saya.
Cerita itu sudah selesai. Namun yang membuat saya
sampai menuliskan catatan ini adalah beberapa hari yang lalu Aira mengirimkan sebuah
foto lewat WhatsApp pada saya. Beberapa bulan belakangan kami memang jarang
ngobrol panjang di WA karena kesibukan kami masing-masing, tidak seperti ketika
masih kuliah dulu yang bisa saling mengirimkan chat-chat yang nirfaedah.
Jadi, saya penasaran foto apa yang membuatnya merasa
perlu untuk dikirimkan pada saya. Ternyata, itu foto selembar undangan
pernikahan. Nama dua pasang mempelai yang tercetak jelas di sana tentu sangat
saya kenali. Mas Sam akan menikah bulan Maret ini (tanggal 11 hari ini!) dengan
pacarnya yang sudah lama kami ketahui itu.
Saya terpingkal-pingkal dulu beberapa saat sebelum
membalasnya. Seperti biasa, saya melontarkan candaan dan ejekan pada Aira.
Berikutnya percakapan kami lancar membahas undangan itu, saya tak bisa berhenti
tertawa-tawa membaca balasannya terhadap candaan saya.
(Yeah… Aira,
si masnya kamu pun sekarang menikah, menyusul si masnya aku yang sudah duluan
tahun kemarin. Ucapkan selamat yuk.)
So,
selamat menikah untuk kalian berdua, ya. Berbahagialah… dadah….
*lalu ditimpuk Aira, “Ngapain pake ‘dadah’ segala,
sih?!”*
0 komentar:
Posting Komentar