Jumat, 16 Maret 2018

Keseruan Digital Tribe Aroma Karsa


Seperti yang pernah saya ceritakan di sini, saya jadi download Facebook lagi demi bisa bergabung di grup digital tribe Aroma Karsa versi cerbung. Saya senang bisa menjadi bagian di dalamnya, merasakan sensasi membaca cerbung dan bertemu teman-teman yang asyik. Walau sebenarnya saya punya beberapa kekecewaan terhadap sistem versi cerbung ini, tapi… saya tidak akan membahasnya. Karena judul di atas adalah “keseruan” jadi mari kita bincangkan seru-serunya saja.



Sebenarnya ini bukan kali pertama saya membaca cerbung, namun memang baru kali ini kami sebagai sesama pembaca dikumpulkan dalam sebuah grup. Grupnya gegap gempita, heboh, isinya orang-orang kreatif. Ada penulis-penuis lain juga yang gabung di sana, seperti Bernard Batubara, Ika Natassa, Jenny jusuf, Alexander Thian, Valiant Budi Vabyo dan mungkin masih ada lagi yang tidak saya ketahui.

Oh ya, perlu saya sampaikan bahwa sebenarnya saya termasuk anggota yang pasif di grup itu. Mungkin karena saya introver. Saya juga jarang membaca semua posting yang ada di sana. Tapi saya bisa menyimpulkan bahwa grup itu memang sangat heboh, apalagi urusan saling menguatkan untuk menjelang part berikutnya. Dan selanjutnya saya akan bahas hal-hal yang terjadi di dalam grup itu dalam bentuk poin-poin, tentunya berdasarkan sepengetahuan saya saja, ya. Maaf kalau ada yang keliru atau kurang.

  • Banjir Meme
Sejak awal grup ini dibuka, meme bertebaran di mana-mana. Bukan hanya anggota tribe saja, Mak Suri pun punya “pekerjaan sambilan”, jadi pembuat meme. Semuanya lucu-lucu dan bikin ngakak tak henti-henti. Belakangan, Mak Suri yang heboh jadi model memenya :D

  • Sibuk Casting
Ya, anggota tribe memang banyak pekerjaan, pasalnya nyaris semua tokoh di Aroma Karsa mereka casting. Mencari-cari siapa kiranya artis yang cocok memerankan para tokoh jika novel itu diadaptasikan ke film? Mulai dari Jati Wesi, Ningsih, Nurdin, Pak Khalil, Mbok Wijah, Komandan Mada, Suma, Raras, wah banyak deh pokoknya…. Dari seluruh tokoh, tentunya ada yang paling heboh dibahas, si tokoh utama Jati Wesi. Banyak komplek―sebutan lain dari grup/kelompok―yang bermunculan. Ada yang mendukung Nicolas Saputra sebagai Jati, ada juga yang memilih Reza Rahadian, de el el. Sempat juga bapak produser Reza Gunawan yang dicalonkan sehingga muncul komplek #RezGunForJati, bisa dibayangkan kalau dia jadi Jati Wesi? :D

Jujur, untuk urusan casting-casting ini saya terpingkal-pingkal sampai sakit perut dan bingung bagaimana berhentinya. Kocak banget. Saya ada di komplek mana? Oh… tidak di mana-mana. Saya fokus dalam imajinasi saya sendiri saja, belum minat mencocokkannya dengan para aktor dan aktris.

Berdasarkan pengamatan saya, komplek #NicSapForJati lah yang paling konsisten heboh sampai akhir.

  • Hashtag
Banyak hashtag bermunculan, salah satunya yang sudah saya sebutkan di atas #NicSapForJati dan #RezGunForJati. Selain itu hashtag yang juga cukup sering muncul adalah #KomplekMakanan #sakawseninkamis #gandengtanganvirtual dan… apa lagi ya yang sering? Uhm… lupa. Banyak deh pokoknya.

  • Komplek Makanan
Bukan hanya komplek casting tokoh saja yang ada, makanan pun begitu. Kenapa makanan? Sebenarnya makanan bukan pembahasan utama dalam Aroma Karsa, namun kami pembacanya memang suka salah fokus. Pasalnya, Mak Suri sangat piawai mendeskripsikan sesuatu, dalam hal ini makanan-makanan yang dihadirkan dalam novel tersebut. Menceritakan tahu yang sedang digoreng saja bisa begitu aduhai, bikin pengin segera makan tahu. Indomie pakai telur plus cabai hijau yang dimakan Komandan Mada pun begitu menggiurkan.

Apalagi masakannya Mbok Wijah, ngiler deh pokoknya. Selain itu yang cukup hit juga ada ketoprak, nasi gudeg, dll.

  • Sharing Parfum
Nah, yang ini saya agak bingung bahasnya. Biasanya kalau ada obrolan tentang parfum saya hanya baca seperlunya saja. Saya tidak banyak tahu tentang merek-merek parfum atau pun macam-macam penyebutan aromanya. Intinya, anggota tribe juga sering membahas parfum dan wewangian.

  • Pembahasan Lain
Tentunya ada banyak lagi yang dibahas dalam grup selama delapan minggu perjumpaan kami. Mak Suri juga sharing proses riset, berbagi ilmu kepenulisan, dan pembahasan-pembahasan lain tentang proses menulis Aroma Karsa. Banyak ilmu yang kami bisa dapatkan di grup itu.

Kemudian sempat juga tercetus keingginan anggota tribe untuk kopdar―entah ini sudah pernah terwujud atau belum, tapi sepertinya sudah ada yang pernah coba. Anggota tribe ini heboh-heboh semua, berbagai kekonyolan dan aksi kocak bertebaran di grup. Kami saling menguatkan padahal sama-sama sakau, saling melempar candaan dan sebagainya.

Sempat juga ada rencana-rencana “jahat”, aneka rencana untuk bisa “mencuri” naskah utuh Aroma Karsa, saking sakaunya.

Kemarin part 18 sudah rilis, berakhirlah sudah perjalanan membaca cerbung ini. Walaupun bukan anggota aktif, namun saya merasa senang sekai bisa berada di grup itu. Terima kasih untuk segala keseruannya. Akhir kata, kalau mau kopdar atau bikin baju persatuan, ajak-ajak ya. ;)


NB (1): Setelah Aroma Karsa versi cerbung sudah tamat saya baca hari ini, yang ending-nya malah seperti nggak end, ada satu hal yang paling terpikirkan oleh saya. Yaitu… saya jadi pengin berkebun tanaman manisrejo. Satu hekatre saja cukup kok. Bisa dibayangkan, kan, kalau tiba saatnya panen buah manisrejo? *menatap sambil senyum sinis* *please, tolong jangan ketawa, please…*

NB (2): Mak, setelah mendengar harapanmu, saya pun ikutan kepengin jadi paus juga :p

NB (3): Ada yang unik dari proses saya membaca Aroma Karsa ini. Dari total 18 bagian, 9 part saya baca saat masih tinggal di kota J, dan 9 part berikutnya saya baca di kota S.

NB (4): Ningsih dan Arya apa kabar? Aku rindu.... Turut berduka juga untuk Pak Iwan, Kapten Jindra dan Bu Raras :(

0 komentar:

Posting Komentar

 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo