Seperti yang pernah saya ceritakan di sini, saya jadi download Facebook lagi demi bisa bergabung di grup digital tribe Aroma Karsa versi cerbung. Saya senang bisa menjadi bagian di dalamnya, merasakan sensasi membaca cerbung dan bertemu teman-teman yang asyik. Walau sebenarnya saya punya beberapa kekecewaan terhadap sistem versi cerbung ini, tapi… saya tidak akan membahasnya. Karena judul di atas adalah “keseruan” jadi mari kita bincangkan seru-serunya saja.
…
Sebenarnya ini bukan kali pertama saya membaca
cerbung, namun memang baru kali ini kami sebagai sesama pembaca dikumpulkan
dalam sebuah grup. Grupnya gegap gempita, heboh, isinya orang-orang kreatif. Ada
penulis-penuis lain juga yang gabung di sana, seperti Bernard Batubara, Ika
Natassa, Jenny jusuf, Alexander Thian, Valiant Budi Vabyo dan mungkin masih ada
lagi yang tidak saya ketahui.
Oh ya, perlu saya sampaikan bahwa sebenarnya saya
termasuk anggota yang pasif di grup itu. Mungkin karena saya introver. Saya
juga jarang membaca semua posting
yang ada di sana. Tapi saya bisa menyimpulkan bahwa grup itu memang sangat
heboh, apalagi urusan saling menguatkan untuk menjelang part berikutnya. Dan selanjutnya saya akan bahas hal-hal yang
terjadi di dalam grup itu dalam bentuk poin-poin, tentunya berdasarkan
sepengetahuan saya saja, ya. Maaf kalau ada yang keliru atau kurang.
- Banjir Meme
Sejak awal grup ini dibuka, meme bertebaran di
mana-mana. Bukan hanya anggota tribe
saja, Mak Suri pun punya “pekerjaan sambilan”, jadi pembuat meme. Semuanya
lucu-lucu dan bikin ngakak tak henti-henti. Belakangan, Mak Suri yang heboh
jadi model memenya :D
- Sibuk Casting
Ya, anggota tribe
memang banyak pekerjaan, pasalnya nyaris semua tokoh di Aroma Karsa mereka casting. Mencari-cari siapa kiranya
artis yang cocok memerankan para tokoh jika novel itu diadaptasikan ke film?
Mulai dari Jati Wesi, Ningsih, Nurdin, Pak Khalil, Mbok Wijah, Komandan Mada,
Suma, Raras, wah banyak deh pokoknya…. Dari seluruh tokoh, tentunya ada yang
paling heboh dibahas, si tokoh utama Jati Wesi. Banyak komplek―sebutan lain
dari grup/kelompok―yang bermunculan. Ada yang mendukung Nicolas Saputra sebagai
Jati, ada juga yang memilih Reza Rahadian, de
el el. Sempat juga bapak produser Reza Gunawan yang dicalonkan sehingga
muncul komplek #RezGunForJati, bisa dibayangkan kalau dia jadi Jati Wesi? :D
Jujur, untuk urusan casting-casting ini saya terpingkal-pingkal sampai sakit perut dan
bingung bagaimana berhentinya. Kocak banget. Saya ada di komplek mana? Oh…
tidak di mana-mana. Saya fokus dalam imajinasi saya sendiri saja, belum minat mencocokkannya
dengan para aktor dan aktris.
Berdasarkan pengamatan saya, komplek #NicSapForJati
lah yang paling konsisten heboh sampai akhir.
- Hashtag
Banyak hashtag bermunculan, salah satunya yang sudah
saya sebutkan di atas #NicSapForJati dan #RezGunForJati. Selain itu hashtag yang juga cukup sering muncul
adalah #KomplekMakanan #sakawseninkamis #gandengtanganvirtual dan… apa lagi ya
yang sering? Uhm… lupa. Banyak deh pokoknya.
- Komplek Makanan
Bukan hanya komplek casting tokoh saja yang ada, makanan pun begitu. Kenapa makanan?
Sebenarnya makanan bukan pembahasan utama dalam Aroma Karsa, namun kami
pembacanya memang suka salah fokus. Pasalnya, Mak Suri sangat piawai
mendeskripsikan sesuatu, dalam hal ini makanan-makanan yang dihadirkan dalam
novel tersebut. Menceritakan tahu yang sedang digoreng saja bisa begitu aduhai,
bikin pengin segera makan tahu. Indomie pakai telur plus cabai hijau yang
dimakan Komandan Mada pun begitu menggiurkan.
Apalagi masakannya Mbok Wijah, ngiler deh pokoknya.
Selain itu yang cukup hit juga ada ketoprak, nasi gudeg, dll.
- Sharing Parfum
Nah, yang ini saya agak bingung bahasnya. Biasanya
kalau ada obrolan tentang parfum saya hanya baca seperlunya saja. Saya tidak
banyak tahu tentang merek-merek parfum atau pun macam-macam penyebutan aromanya.
Intinya, anggota tribe juga sering
membahas parfum dan wewangian.
- Pembahasan Lain
Tentunya ada banyak lagi yang dibahas dalam grup
selama delapan minggu perjumpaan kami. Mak Suri juga sharing proses riset, berbagi ilmu kepenulisan, dan
pembahasan-pembahasan lain tentang proses menulis Aroma Karsa. Banyak ilmu yang
kami bisa dapatkan di grup itu.
Kemudian sempat juga tercetus keingginan anggota tribe untuk kopdar―entah ini sudah
pernah terwujud atau belum, tapi sepertinya sudah ada yang pernah coba. Anggota
tribe ini heboh-heboh semua, berbagai
kekonyolan dan aksi kocak bertebaran di grup. Kami saling menguatkan padahal
sama-sama sakau, saling melempar candaan dan sebagainya.
Sempat juga ada rencana-rencana “jahat”, aneka
rencana untuk bisa “mencuri” naskah utuh Aroma Karsa, saking sakaunya.
Kemarin part
18 sudah rilis, berakhirlah sudah perjalanan membaca cerbung ini. Walaupun
bukan anggota aktif, namun saya merasa senang sekai bisa berada di grup itu.
Terima kasih untuk segala keseruannya. Akhir kata, kalau mau kopdar atau bikin
baju persatuan, ajak-ajak ya. ;)
NB (1): Setelah Aroma Karsa versi cerbung sudah
tamat saya baca hari ini, yang ending-nya
malah seperti nggak end, ada satu hal
yang paling terpikirkan oleh saya. Yaitu… saya jadi pengin berkebun tanaman manisrejo. Satu hekatre saja cukup kok. Bisa dibayangkan, kan, kalau tiba
saatnya panen buah manisrejo? *menatap sambil senyum sinis* *please, tolong jangan ketawa, please…*
NB (2): Mak, setelah mendengar harapanmu, saya pun ikutan
kepengin jadi paus juga :p
NB (3): Ada yang unik dari proses saya membaca Aroma
Karsa ini. Dari total 18 bagian, 9 part
saya baca saat masih tinggal di kota J, dan 9 part berikutnya saya baca di kota S.
NB (4): Ningsih dan Arya apa kabar? Aku rindu.... Turut berduka juga untuk Pak Iwan, Kapten Jindra dan Bu Raras :(
NB (4): Ningsih dan Arya apa kabar? Aku rindu.... Turut berduka juga untuk Pak Iwan, Kapten Jindra dan Bu Raras :(
0 komentar:
Posting Komentar