Sabtu, 10 Maret 2018

Urusan Mimpi (1)


Saya itu tidak suka mimpi dalam tidur. Mau mimpi indah seindah-indahnya kek, mimpi buruk seburuk-buruknya kek, mimpi enggak jelas seenggak jelas-enggak jelasnya kek, bodo amat. Saya tidak suka mimpi.

Urusan mimpi sepertinya cukup panjang untuk dituliskan. Jadi akan saya tulis lengkap di masa depan nanti, semoga masih hidup. Untuk sekarang saya ingin menuliskan mimpi yang saya alami tadi malam.

Saya terbangun―entah jam berapa―dengan merasa sangat capek sekali. Memang, saya tidak ngos-ngosan, tapi refleks ketika tersadar saya langsung menarik dan mengembuskan napas berat. Lalu perasaan lelah itu masih menyergap.


Saya bermimpi sedang berada entah di mana, yang pasti cukup ramai, sepertinya sedang ada acara. Di sana ada beberapa wajah yang saya kenali, sebagian teman kuliah sebagian lagi teman SMA. Entah bagaimana awal ceritanya yang pasti saya merasa sedang dipermalukan di sana dan hasilnya saya benar-benar malu dan terpojokkan oleh tatapan-tatapan jijik banyak orang di sana.

Karena merasa terkucilkan dan menanggung malu yang luar biasa, saya memutuskan untuk pergi dari tempat itu dengan berlari. Saya berusaha lari dengan kencang, namun sebagaimana biasanya dalam mimpi, lari pun rasanya berat sekali.

Sebelumnya, saat saya hendak berlari, ada seorang teman pria entah siapa namanya mengetahui kondisi saya―yang sedang dipermalukan dan ingin lari. Pria itu mengejar saya sambil terus berteriak mengatakan bahwa dia akan melindungi saya dan semuanya akan baik-baik saja. Oh, kedengarannya menjanjikan sekali ya. Tapi berkali-kali pula saya mengatakan untuk jangan mengejar saya, karena tentunya saat sedang dalam masalah kebanyakan kita ingin menghabiskan waktu sendiri. Begitu pun saya.

Namun pria itu terus mengejar, meminta saya untuk berhenti. Tapi karena saya benar-benar ingin sendiri dan sedang sangat kacau, saya sungguh tidak ingin pria itu mendekati saya. Dan entah bagaimana bisa saya menyadari bahwa pria itu sebenarnya menyukai saya. Jadi wajarkan situasinya? Ketika saya tertimpa masalah lalu lari untuk menyendiri tapi pria yang menyukai saya itu hendak menghentikan saya untuk menghibur, melindungi dan memberikan pundaknya―mungkin.

Berkali-kali dan terus-menerus saya memintanya untuk berhenti, tapi dia juga kukuh terus mengejar saya. Sekarang situasinya menjadi semakin buruk untuk saya, bukan hanya lari dari kerumunan orang-orang yang mempermalukan saya tadi, namun saya juga lari dari kejaran pria itu. Saya merasa sangat lelah tapi terus berlari, mendadak saya menjadi sangat kesal dan marah pada pria itu karena tidak menuruti kemauan saya.

Saya terus berlari dan entah berada di mana, sesekali saya mengelabui pria itu dengan masuk ke semak-semak, berharap dia terus berlari lurus sementara saya sembunyi di semak-semak. Namun sial, pria itu selalu menyadari dan terus mencoba menghentikan saya.

Saya berlari lagi, lari terus… berlari dan berlari… hingga akhirnya saya terbangun.

Perasaan lelah luar biasa langsung menyergap. Potongan-potongan adegan dalam mimpi masih segar di ingatan―walau mungkin sudah terhapus sebagiannya. Saya merutuk-rutuk kesal dalam hati sambil memperbaiki letak selimut.

Hingga tulisan ini saya posting, bayangan mimpi itu masih sering terlintas tanpa saya menghendakinya. Dan begitu saya mengingatnya, saya merasakan lelah yang begitu hebat. Dan dalam kasus saya, setiap mimpi yang saya alami efeknya akan masih jelas terasa hingga beberapa hari berikutnya. Walau akhirnya banyak mimpi yang berhasil terlupakan, namun masih ada beberapa yang saya ingat bahkan ketika sudah lama terjadi, misalnya mimpi yang saya alami ketika saya belum masuk sekolah.

Sebagai catatan, tolong… tolong bagi siapa pun di dunia nyata maupun dunia mimpi, terutama pria, ketika saya bilang berhenti tolong berhenti. Karena saya mengatakan yang sesungguhnya, bukan seperti kasus perempuan lain yang menyimpan kode yang berarti sebaliknya. Please, jangan jadikan drama-drama romantis itu sebagai panutan. Ketika si wanita kesal dan hendak pergi maka kau merasa harus mencegahnya, si wanita mengatakan “lepaskan aku!” tapi ternyata dia memang sangat ingin untuk ditahan. Ketika si wanita lari artinya dia ingin dikejar. Oh, sungguh, bukan seperti itu!

Sekali lagi, mohon… untuk tidak melakukan itu ke saya. Ketika saya bilang berhenti, tolong berhenti. Ketika kau melakukannya, maka saya akan sangat menghargai itu.

0 komentar:

Posting Komentar

 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo