Beberapa jam yang lalu saya baru saja membaca sebuah
tulisan di blog langganan saya. Yang kebetulan Dia sedang membahas novel-novel Fredy S. Awalnya, ketika baru membaca
judulnya dan ada nama itu di sana, saya langsung mengernyit, rasa-rasanya… saya tahu dia, pikir saya.
Semakin saya tenggelam dalam tulisan itu semakin saya yakin bahwa memang benar
Fredy S yang “itu”. Bekas-berkas kenangan masa sekolah lalu bermunculan dengan
cepat saling berkejaran di kepala saya.
Sembari membaca tulisan itu, saya pun manggut-manggut. Banyak hal yang baru saya ketahui tentang penulis itu. Di situ disebutkan bahwa Fredy S terkenal dengan novel esek-eseknya. Nyaris semua novelnya mengandung unsur seks dan adegan-adegan hot. Apa? Seks!? Saya langsung sibuk mengingat-ingat, uhm… ya, benar juga.
Seketika saya jadi heran. Seingat saya, dulu
novel-novel Fredy S saya beli―kisaran―saat masih SMP. Lalu, kenapa semuanya baik-baik
saja? Maksud saya, kenapa ibu saya tidak melarang? Atau tidak ada yang tahu?
Dulu saya membacanya santai-santai saja, apa karena saya belum paham atau
justru karena sudah paham? Yeah…
entahlah.
Sama seperti yang dikatakan Dia, untuk mendapatkan
novel Fredy S tentu cukup mudah. Dulu, saya mendapatkan novel-novel itu dengan sama mudahnya,
karena banyak dijual di pasar bercampur dengan buku-buku TTS, poster-poster
selebriti, mainan baju-bajuan, pernak-pernik anak perempuan, dan juga wayang-wayangan
kertas. Selain itu terkadang dijual juga buku cerita dongeng Disney seperti
Ariel, Snow White dkk. dalam format mini dan super tipis.
Buku-buku cerita itu dulu harganya mulai dari dua
ribu dapat tiga, menjadi seribu dapat satu, lalu naik jadi seribu lima ratus, dua
ribu… dan… saya sudah tidak membelinya lagi. Sama dengan buku cerita itu,
novel-novel Fredy S juga mengalami perubahan harga. Mulai dari 3.000-an sampai
jadi 5000-an dan terus naik. Itu di zaman saya dulu, tentu beda lagi dengan
zaman sebelum saya dan sesudah saya. Seperti yang dikatakan Dia, dulu di
zamannya ia membeli novel Fredy S dengan harga dua ribu rupiah.
Entah kenapa saya tidak lanjut membeli buku-buku
cerita mini dan novel-novel itu, saya lupa. Mungkin karena penjualnya sudah
tidak menambah stok lagi atau karena saya yang tidak punya uang?―karena saya
masih kecil dan uang jajan semakin susah disisihkan.
Ternyata, sebagai penulis Fredy S termasuk sangat
produktif, telah menulis sekitar 500-an novel. Yang saya miliki dan pernah saya
baca di masa sekolah itu hanya kisaran sepuluh buah―yang ada di rak buku saya
sekarang hanya lima, tapi saya yakin sekali dulu saya punya lebih banyak tapi
dipinjam teman lantas tidak dikembalikan.
Lalu dari tulisan di blog itu saya juga jadi tahu,
ternyata Fredy S bukan hanya penulis namun juga sutradara, pelukis, penulis skenario
film dan penerbit.
Saya masih manggut-manggut sampai tulisan itu
selesai saya baca. Mengakhirinya dengan senyum-senyum. Satu tulisan sudah memantikkan
sepotong kenangan masa kecil saya.
0 komentar:
Posting Komentar