Sering kali saya
mendapat pertanyaan Sedang apa? atau Sibuk apa? Dan saya bingung menjawabnya.
Lalu saya akan menjawab lagi piknik.
Hal ini sudah saya terapkan permanen pada ibu saya.
Seperti yang
saya bilang tadi, saya bingung menjawabnya, karena begini… aktivitas saya
selalu berkisar membaca, menulis, belajar, berpikir, merekap sesuatu, dan
menyelesaikan pekerjaan. Semua kegiatan itu saya jadikan satu dalam setiap
kesempatan. Pertama membaca buku, lalu ganti membaca di ponsel, terus mengetik
sesuatu di laptop, belajar beberapa hal, beralih coret-coret, lalu fokus
bekerja, kembali lagi membaca di ponsel, kemudian bengong sambil berpikir,
melanjutkan proyek menulis saya, lalu kembali lagi membaca buku, lanjut bekerja
lagi, begituuu… terus, saya bisa melakukannya dari pagi sampai pagi lagi.
Ketika di
tengah-tengah saya melakukan aktivitas itu kemudian ada yang bertanya saya
sedang apa, saya tentu bingung menjawabnya. Kalau kebetulan saat itu saya
sedang bengong―sambil berpikir tentunya, kemudian saya menjawab dengan polos
“saya sedang bengong” atau yang lebih simpel dan sering dipakai banyak orang
“gak ngapa-ngapain”, saya ragu lawan bicara saya akan menganggap saya tidak ada
pekerjaan dan sedang sangaaat santai sehingga bisa diganggu seenaknya. Padahal
bengong sambil berpikir itu merupakan rangkaian aktivitas lainnya.
Jadi… saya mulai
mempraktikkannya pada ibu saya. Ibu adalah sosok wanita yang sopan, dalam
derajat keluarga saya adalah anak, tapi Ibu selalu menghargai saya. Sejak saya
kuliah di Kendari dulu, ketika ingin menelepon atau membincangkan sesuatu lewat
SMS maka Ibu akan bertanya dulu “Sedang apa?”. Ia sengaja bertanya karena
jangan sampai saya sedang sibuk, sedang di jalan, sedang ada tamu, atau sedang
kuliah.
Sekarang ketika
saya sudah selesai kuliah dan merantau lebih jauh dari rumah, dengan aktivitas
saya yang macam-macam, maka saya mengemas semua aktivitas yang saya sebutkan di
atas dalam satu kata: piknik.
Awalnya Ibu
belum terbiasa, waktu itu masih pagi dan Ibu tiba-tiba menelepon tanpa SMS dulu
sebelumnya, dan ia bertanya saya sedang apa. Lalu saya jawab, piknik.
“Pagi-pagi? Ke
mana?” tanyanya.
“Ibuuu…!” saya
gemas karena Ibu lupa dengan kesepakatan sederhana ini.
“Eh iya, lupa.”
Lalu tertawa. Namun, Ibu adalah pengecualian, kapan pun ia menelepon tentu akan
saya terima dengan sangat baik.
Mungkin
kedengarannya aktivitas saya memang simpel dan sepele, namun tidak sesederhana
itu dalam pikiran saya. Setiap hari saya belajar menulis; mengetik apa pun,
mulai dari stok tulisan blog, surat, sampai yang paling serius ‘mengerjakan
novel saya’. Saya juga banyak membaca, selain membaca novel dalam bentuk buku,
saya juga membaca banyak tulisan di blog orang lain. Lalu saya bekerja, dalam
menyelesaikan pekerjaan ini saya juga banyak belajar, selalu ada hal-hal baru,
dan juga menuntut saya selalu membuka-buka buku tertentu―atau mencari tahu di
mana pun―untuk membantu penyelesaiannya.
Kalau
dipikir-pikir, bisa dibilang saya mengerjakan beberapa hal dalam satu periode;
membaca novel, membaca tulisan-tulisan di ponsel, menulis untuk blog dan juga menyiapkan
stok konsep tulisan berikutnya, menulis novel saya sendiri, dan bekerja―yang
juga ada kaitannya dengan dunia buku. Well,
lima hal yang saya lakukan berturut-turut. Ibaratnya seperti menonton lima
judul drama Korea sekaligus yang masih on
going.
Menonton judul A
dan fokus pada ceritanya lalu berhenti di episode 4 karena memang baru sampai
di situ. Kemudian beralih ke judul B, fokus lagi tapi baru satu episode yang
di-download. Lanjut judul C, masih
begitu lagi. Begitu pun judul D dan E. Menonton lima judul drama Korea yang
semuanya masih on going?! Terkadang
jadi terbentur-bentur di ingatan tentang bagaimana jalan ceritanya. Ketika pertama
kali saya menyadari keadaan yang saya alami ini, saya jadi… pusing. Tapi saya
tetap melakukannya dengan perlahan dan penuh cinta. Karena saya memang menyukai
mengerjakan beberapa hal dalam satu waktu.
Saya juga sudah
bilang bahwa saya juga merekap sesuatu, bukan? Ya… saya merekap banyak catatan
beberapa hari sekali atau sesuka saya, kapan pun itu. Mulai dari merekap
ratusan isi folder screenshots dari
ponsel saya, merekap dari buku-buku yang halamannya saya lipat-lipat, merekap
semua catatan di memo ponsel yang saya ketik mendadak, merekap semua hal yang
saya simpan di akun Instagram, merekap struk-struk belanja dan tiket/karcis
aneka ragam, sampai merekap bahan-bahan pekerjaan.
Jika sudah lama
saya tidak melakukannya, maka sudah bisa dipastikan bahwa kegiatan
rekap-merekap itu akan membutuhkan waktu hingga berjam-jam. Di waktu-waktu
luang saya juga suka merebahkan badan sambil mendengarkan lagu-lagu, atau
menonton film yang judul-judulnya saya dapatkan dari hasil merekap.
Intinya, semua
aktivitas saya yang kedengarannya sepele itu, membuat saya terus bekerja,
melakukan sesuatu dan otak saya juga terus berpikir, belajar dan bekerja,
berpikir, belajar dan bekerja… begitu terus. Saya selalu sibuk piknik.
0 komentar:
Posting Komentar