Jumat, 30 November 2018

Kasih Putih


Kedengarannya memang konyol kalau jatuh cinta via medsos. Kamu jatuh cinta pada seseorang pemilik akun A, kamu follow dia, nge-like semua post-nya, nontonin story dan live-nya. Tapi dia enggak melakukan semua hal itu balik ke kamu. Dia ada di utara, kamu di timur. Enggak nyambung dan enggak masuk akal bangetlah menurut banyak orang. Dan ya ... memang itu konyol.

Sabtu, 24 November 2018

Kerja dengan Cinta



“ ... Kalau kita bekerja keras setiap hari, dan kita mencintai yang kita lakukan,
kita akan jauh dari kelelahan, karena bekerja dengan pikiran senang.
Yang membuat lelah bukan kerja, tapi stres ....”
(Potongan rangkaian tweet oleh @noffret. Tahu siapa dia? :p)

Jadi, beberapa hari yang lalu saya (akhirnya) punya waktu untuk menyendiri. Diawali dengan jadwal bertemu dengan salah seorang kawan, di akhir pertemuan kami ke minimarket. Yang punya perlu itu saya, belanja aneka snack dan air mineral tentunya. Lalu kawan saya―yang juga penulis itu―berceletuk, “Ah, pasti buat teman baca buku atau nulis.” Dan saya mengiakan. Tujuan saya memang itu.

Kamis, 15 November 2018

Aku Tidak Ingin Menebak


Alasan-alasan apa pun itu.
Apa pun isi kepalanya.
Apa begini?
Apa begitu?
Atau mungkin ...
Enyahlah. Enyah!

Selasa, 13 November 2018

Debar dalam Tunggu



Entah. Apa dia percaya padaku?
Dia memintaku menunggu, atas apa yang dia janjikan.
Entah. Apa dia akan menepati?
Yang kutahu, aku percaya padanya.
Oh ... ini sungguh mendebarkan.

Sabtu, 27 Oktober 2018

Ritual Sebelum Tidur



Sejak mengenal self-healing, saya jadi paham bahwa saya juga (sangat) perlu untuk menyembuhkan diri. Banyak. Banyak hal.

Yang sedang saya ‘kerjakan’ sekarang adalah semua hal tentang tidur. Aktivitas yang menyenangkan ini begitu dinanti-nantikan, bukan? Suatu kegiatan yang—seharusnya—bisa merilekskan, memulihkan energi, menyegarkan kembali tubuh kita, dan sebagainya. Namun, apa jadinya kalau tidur justru jadi aktivitas yang memberatkan?

Selasa, 23 Oktober 2018

Boleh Berteman?



Oh, yeah .... Saya tidak akan pernah menanyakan hal itu (lagi) pada orang―asing.

Hari Ini Saya Membayangkan


Hari ini saya membayangkan, ketika kita berada dalam masa di mana manusia benar-benar sudah bukan manusia (lebih dari apa yang terjadi hari ini). Tidak ada lagi hal-hal yang menunjukkan kemanusiaan. Kita jadi asing satu sama lain, hinaan, makian, hujatan, penghakiman, ketidakpedulian, ... perang.

Selasa, 16 Oktober 2018

Apa Pertanyaan Kehidupanmu?



“If we take care of the moments, the years will take care of themselves.” ―Question Diary
(Kalimat sambutan yang menyenangkan.)

Kalau Facebook bertanya “Apa yang Anda pikirkan sekarang?” Maka aplikasi ini bertanya “Apa pertanyaan kehidupanmu?” Tempat di mana kita bisa mendapatkan pertanyaan-pertanyaan seputar kehidupan. Namanya Question Diary atau Diari Pertanyaan.

Minggu, 14 Oktober 2018

County Fair yang Baru: FarmVille 2



Halo para petani virtual!

Apa kabar ‘kebun’ kalian? Minggu ini naik level gak? Atau demotion? Atau tetap di level yang sama? Duh, suka duka mengikuti County Fair memang begitu, ya.

Belakangan ini ada yang baru di County Fair, tetapi sepertinya tidak semua akun mendapat pembaruannya secara berbarengan. Milik tante saya sudah berubah sejak dua minggu yang lalu. Sedangkan saya baru minggu ini, tepatnya Kamis malam, karena memang saat itu baru bisa online lagi.

Jadi Manusia Itu Gak Gampang



Iya, gak? Apalagi kalau sudah dewasa dan hidup sendiri. Nanti siang mau makan apa? Malam makan apa? Besok, lusa, makan apa? Sabun habis, kuota menipis, piring gelas belum dicuci. Harus hemat, minggu ini jangan beli es krim dulu, beli sate ayam boleh sekali. Pakaian kotor menumpuk, besok harus ketemu sama orang banyak, jam tidur harus dipangkas lagi, kerjaan banyak yang urgen―sebut apa pun, sampai besok saya enggak akan selesai menyebutkannya.

Kamis, 11 Oktober 2018

Mengenali, Menerima, dan Mencintai Diri Sendiri



Kesehatan mental sangat berpengaruh pada banyak hal di hidup kita, mulai dari tubuh sampai pada perilaku dan sikap kita dalam menghadapi sesuatu. Saya belum lama mengetahui tentang istilah self-healing dan saya sangat tertarik. Karena saya sadar, ada beberapa hal yang juga perlu disembuhkan dari diri saya.

Menghadiri pelatihan self-healing sepertinya agak sulit untuk saya lakukan, karena kota tempat pelaksanaannya tidak pernah cocok dengan lokasi saya sekarang. Lalu, saya memilih untuk tetap melakukan penyembuhan sendiri. Saya mengikuti teknik-teknik yang disampaikan oleh Reza Gunawan (tahu siapa dia? Ya, suaminya Mamak Suri!), ada teknik napas 4-7-8 untuk menenangkan, teknik KRAI untuk mengelola emosi, dan teknik pawang monyet.

Selasa, 02 Oktober 2018

Akun yang Menyenangkan di Instagram (2)



Baca sebelumya di sini.

Akun fotografi/art:
@hobopeeba ini nama akun yang paling susah saya ingat (padahal namanya gampang, ya!). Saya sering kali membatin menyebutkan namanya jadi hopopobea (kedengarannya malah lebih ribet, ya? Hahaha). Isinya ... woaaa hasil-hasil bidikan yang sangat mengagumkan, temanya memang warna-warni ya, full colour. Saya selalu takjub setiap melihat unggahan terbarunya. Keren.

Akun yang Menyenangkan di Instagram (1)



Satu-satunya media sosial yang saya begitu aktif ada di sana adalah Instagram. Sudah sreg sama media yang satu ini. Ya ... terlepas dari segala macam pembaruan yang masih terus dilakukan, saya tetap menyukainya―walau lebih memilih tipe Instagram yang dulu.

Fitur-fiturnya rame banget, memang. Namun, tidak semuanya saya pakai, yang sesuai kebutuhan saja. Yang bikin saya betah salah satunya adalah karena adanya akun-akun yang menarik. Berikut ini saya akan jelaskan beberapa di antaranya:

Kamis, 06 September 2018

Nasihat Seseorang untuk Orang Lain



Lalu, saya anggap itu sebuah nasihat untuk diri saya juga. Jadi, mari kita setujui saja.

Tidak apa-apa bajumu itu-itu saja. Tidak apa-apa belum bisa beli celana. Tidak apa-apa orang bosan melihat penampilanmu. Tidak apa-apa merasa bosan dengan penampilan diri sendiri.

Itu sungguh tidak apa-apa.

Selasa, 04 September 2018

JEBRES



Ada hal-hal sederhana yang entah kenapa sangat menyenangkan untuk diri kita. Padahal, bagi orang lain hal itu sangatlah biasa atau bahkan malah tidak terpikirkan sama sekali.

Kalau menurut Metode KonMari, benda tertentu yang jika disimpan atau dipakai bisa mendatangkan rasa bahagia dan hanya kita sendiri yang bisa merasakannya, itu dinamakan Sparks Joy. Nah, ini juga sama, tapi tentang sesuatu yang diucapkan atau didengar―walau saya tidak tahu nama istilahnya.

Kamis, 30 Agustus 2018

Mau Bersyukur (Lagi)



Terima kasih Tuhan, telapak tanganku ada garis-garisnya, kakiku masih bisa melangkah, suaraku masih sama, bulu mata masih normal, masih bisa tengok kiri-kanan, dan mencium aroma makanan.

Terima kasih Tuhan, aku masih menghirup udara bersih, bisa membedakan hitam dan kuning, kukuku tidak berhenti tumbuh, tidak pernah mimisan, dan aku masih punya pulsa.

Minggu, 26 Agustus 2018

Seandainya Ada Adik ...



Hal ini sudah lama mengusik saya. Tadinya hanya sekadar terpikir sambal lalu, tetapi seiring berjalannya waktu sampai hari ini, hal itu terus terpikirkan dan semakin kepikiran.

Ada berbagai kejadian atau hal yang seharusnya dilakukan di tempat kerja―yang selalu berkaitan dengan Adik. Beberapa hari yang lalu ada suatu hal yang harus dikerjakan atau dibuat, tetapi karena tidak ada yang ‘mampu’ akhirnya kita kalang kabut mencari solusi agar hal itu bisa terselesaikan/terwujudkan. Terkadang, bahkan ada hal-hal yang terpaksa tidak jadi dilakukan, hanya diucapkan semata.

Senin, 20 Agustus 2018

Mau Menakali Apa?



Belakangan ini ada satu topik pembicaran dengan Adek yang membuat saya terus memikirkannya. Saya memang pemantik percakapan paling aktif kalau sedang berbincang dengannya via telepon. Menanyakan apa ada yang sakit di badannya? Adakah masalah dengan sekolah atau kawannya? Apakah sering dimarahi Bapak-Ibu? Sudahkah cium lutut hari ini?

Pertanyaan yang cukup sering saya ajukan juga adalah ‘kamu nakal nggak?’ Dan yang terakhir ini dia menjawab pertanyaan saya berbeda dengan jawaban-jawaban sebelumnya. Entah, apakah dia bosan dengan pertanyaan itu atau dia baru menemukan kesadaran/jawaban yang lebih tepat.

Sabtu, 18 Agustus 2018

Malam Sakit Kepala, Pagi Ceria



“Salah satu hadiah ternikmat dari Tuhan adalah malamnya sakit kepala,
esok paginya ceria.” ―Eby Tabita

Oh, sungguh, itu nikmat sekali. Ketika pada malam hari kepala rasanya mau pecah. Nyut-nyutan enggak karuan―apalagi kalau ada tambahan masalah. Yang saya butuh di saat itu hanyalah ... tidur―yang berkualitas.

Jumat, 17 Agustus 2018

Mengenal Introver (2)



Baca Mengenal Introver (1) di sini.

Ya, kembali lagi ke urusan introver. Untuk saya, semakin bertambah usia semakin ada perubahan yang lebih baik. Introver terparah saya terjadi ketika duduk di bangku sekolah menengah pertama. Dan saya bersyukur bisa sedikit demi sedikit berubah. Bukannya tidak menerima kondisi diri saya, saya senang mengalami perubahan ini karena dulu itu saya tersiksa sekali. Pada saat itu, saya adalah korban bully, yang lebih mengarah ke pelecehan, tetapi saya tidak berani melaporkannya. Saya sangaaat sangat pendiam, dan sama sekali tidak berani melawan, juga tidak punya banyak teman.

Kamis, 16 Agustus 2018

Tentang Mata Minus



Belakangan ini di tempat kerja lagi sering membahas mata minus, dan rasa-rasanya saya yang paling jarang turut sumbang suara.

Sebenarnya bagaimana keadaan mata saya? Ya, saya juga minus, sudah lama, sudah periksa juga. Entah berapa kali, lupa, sejak SMA pokoknya. Sampai bosan rasanya cek mata, dari mulai ukuran minus rendah (di bawah 1) sampai yang terakhir sudah lebih dari 1. Tepatnya saya lupa, mata kiri dan kanan memang berbeda ukuran minusnya (sama seperti ibu saya). Intinya, yang satu 0.75 yang satu sudah 1.25, itu hasil tes terakhir. Seandainya sekarang ini saya cek lagi, hm ... kira-kira minus berapa, ya?

Bagaimana Kalau Orang yang Memojokkanku (Ayam Goreng)?



Sebenarnya saya tidak tahu lelaki itu sebagai apa di sana, di sebuah tempat makan pinggir jalan, menyediakan menu ayam dan bebek. Saya datang bersama keluarga, ada yang pesan ayam ada yang bebek, saya memilih ayam. Awalnya, lelaki lain yang melayani kami, sampai kemudian datanglah dia. Saya begitu terpana. *ngetik sambil malu-malu

Selasa, 14 Agustus 2018

Ternyata Saya Perlu Menikah



Urusan menikah itu memang ribet, benar?

Sering kali saya merasa ragu. Kalau dipikir-pikir, hidup sendiri saja bentuknya begini, bagaimana mau memasukkan satu orang lagi ke hidup saya―selamanya? Bagaimana saya bisa percaya dia? Apakah dengan hidup bersamanya hari-hari saya jadi lebih nyaman atau justru malah lebih repot?*

Senin, 13 Agustus 2018

Tidak Punya Siang



Belakangan ini saya menyadari bahwa rasa-rasanya saya tidak punya siang.

Saya tinggal di tempat kerja, bangunan ini sudah menjadi rumah bagi saya. Tapi, karena saya tinggal di sini, saya jadi punya manajemen waktu―apa ya sebutan yang tepat?―yang berbeda. Jam sembilan pagi adalah jam bangun tidur saya (paling lama). Kenapa bisa sesiang itu? Begini, saya tinggal bersama dua teman kerja yang lain, dan pola bangun kita itu ilustrasinya seperti ini:

Lagi Rindu



Sumpah demi apa, ini lagi iseng banget, tulisan ini sebenarnya sudah lama saya rencanakan, tapi baru jadi ditulis sekarang. Itu pun karena tadi ada pemantiknya, sering lupa sih.

Nah, jadi ceritanya ... saya tuh lagi rindu. Eh, tapi bukan rindu yang gimana-gimana loh ya. Saya sedang rindu dengan sebuah pertemanan. Sampai sekarang masih berteman sih, tapi sudah tidak pernah berjumpa lagi, hanya bisa ngobrol via media sosial saja.

Sebenarnya siapa mereka?

Jumat, 10 Agustus 2018

Tulus Berteman



Dua orang perempuan baru saja keluar dari sebuah minimarket. Yang satunya masih bocah. Mereka berjalan bergandengan sambil menikmati es krim masing-masing.

“Tumben kamu traktir aku es krim?” tanya si bocah dengan pandangan curiga.

“Ya, kan daripada kita duduk jongkok mulu, kamu terus-terusan menggambar ayam yang gitu-gitu aja ...,” selorohku.

“Yang-gitu-gitu-aja?” si bocah tampak tak terima.

Kamis, 09 Agustus 2018

Surat yang Tidak Jadi Ditulis


(Tulisan ini dikerjakan dalam rangka mengalihkan perhatian dari mood yang kurang baik. Pekerjaan dikesampingkan dulu, bukannya susah untuk dikerjakan, tapi memang lagi enggak bagus saja perasaan ini, halah … sudahlah.)

Jadi, di awal bulan Agustus ini saya menemukan sebuah lomba menulis yang temanya keren banget! “Untuk Kamu, Jodohku: Walau waktu belum mempertemukan, kuharap surat bisa menyampaikan”. Nah … sudah tahu, kan, penerbit mana yang mengadakan lomba ini? Hehe.

Kamis, 02 Agustus 2018

Introver Itu Spesial



Itu kata seorang kawan. Dan saya begitu terharu mendengarnya, apalagi yang mengatakan itu bukan orang introver. Kalau yang mengatakan itu juga orang yang introver bisa jadi hal itu hanya semacam pembenaran atau pembelaan diri, tapi dia bukan. Di situ saya terharu, ‘kaum kami’ mendapat sebutan atau pemahaman yang begitu indah, hehe.

Saya sangat menghargai para ekstrover yang bisa memahami pihak introver, sungguh. Karena menurut pengalaman saya, memperoleh teman―bagi introver―sebagian besar karena pihak ekstrover yang menemukan, memahami, dan beradaptasi dengan saya.

Saat ini, yang dikatakan ‘orang normal’ adalah manusia-manusia yang ekstrover, sedangkan yang introver dianggap sebuah ‘kelainan sosial’. Kenapa harus begitu terhadap kami?

We’re not anti-social. We’re different social.
―Unknown

Selasa, 31 Juli 2018

#s_surat



“Ketika banyak yang menabur kerikil di jalanku,
Aku tidak mempermasalahkannya.
Aku hanya berharap, saat aku tersandung, ada kamu yang menahan tubuhku.
Tak masalah ketika aku tak bisa berenang dan nyaris tenggelam.
Aku harap ada kamu yang sesekali membawaku naik ke permukaan.”
28.02.17 (Ada Kamu)

Kamis, 19 Juli 2018

Mengenal Introver (1)


Introver apaan? Itu dia bisa ketawa ngakak, itu tingkahnya konyol, itu dia cerewet, itu dia bisa jahili orang.

Ya. Memang bisa. Tapi lihat dulu, siapa yang dihadapi? Untuk introver―dalam hal ini saya, untuk tidak menyebut keseluruhan―memang terkadang terlihat seperti orang pada umumnya atau ekstrover. Tapi tidak setiap waktu seperti itu, tergantung siapa yang saya hadapi.

M A U



“Sederhana yang rumit; bertemu dengan orang yang membuatku mau.”
―Eby Tabita, 2018

Belakangan ini saya dan Tante kembali membincangkan tentang mau. Hanya tiga huruf, semua orang tahu maknanya, sederhana. Sebenarnya apa konteks ‘mau’ yang kita maksud?

Selasa, 17 Juli 2018

Gelak Tawa Tengah Malam


Di lingkungan rumah nenek saya ada orang yang sering tertawa tengah malam. Dia memang tidak waras. Sebenarnya bukan hanya saat larut malam, sewaktu-waktu dia bisa tergelak sendirian. Di siang hari tawanya tak terhiraukan, kalah dengan segala deru kendaraan dan kesibukan masyarakat. Namun saat malam hari, suara tawanya bisa terdengar sempurna.

Bahagia Itu Sederhana. Tidak Tahu Cara Isi Token Listrik, Misalnya.

Ya. Selamat terbahak-bahak.

Selasa, 10 Juli 2018

Untuk Apa Aku Pergi Jauh?


Untuk terus merasakan rindu.
Itu?
Begitu?
Benar begitu?
Semakin jauh aku pergi.
Semakin sering aku berpindah.
Semakin aku tidak tahu.
Apa yang telah kulakukan?
Apa yang akan kulakukan?
Apa yang ingin kulakukan?
Apa yang kucari?

___
___
Memangnya, aku pergi dari apa?
Memangnya, aku ada di mana?
Memangnya … aku apa …?

Ingin Jadi Orang Biasa-Biasa Saja



“Aku sungguh ingin jadi orang yang biasa-biasa saja.”

“Huh?” Seorang bocah yang duduk jongkok di sampingnya tampak terkejut dengan omongan mendadak itu.

“Pasti nyaman.”

“Jadi orang yang biasa-biasa saja?” tanyanya.

“Ya. Jadi orang yang biasa-biasa saja.”

“Seperti apa?”

Kembali ke Kendari



Bulan Juni lalu saya kembali ke Kendari. Kota kecil itu masih ‘sama saja’. Dan saya senang masih berkesempatan berada di sana lagi.

Banyak yang saya rindukan tentang Kendari. Saya rindu semua hal tentangnya. Rindu suasana kotanya, rindu dialek orang berbicara, rindu kawan-kawan, rindu kampus, rindu kosan, … rindu kehidupan saya di masa lalu.

Sabtu, 07 Juli 2018

Monolog Favorit



Ada banyak hal yang bisa digemari atau dinikmati dalam sebuah film utuh. Salah satunya adalah monolog yang ada di dalamnya. Saya sangat suka mendengarkan dan menyaksikan monolog para tokoh film atau drama, apalagi genrenya melodrama. Biasanya, ‘jenis’ monolog yang saya suka itu adalah yang diucapkan dalam hati, bukan yang ngomong-ngomong sendiri.

Kalimat yang bagus, suasana yang syahdu, peristiwa yang cocok dan menarik, audio yang pas, juga pengambilan gambar yang tepat. Klop, sampai ke hati.

Berikut film atau drama yang di dalamnya terdapat monolog yang menjadi favorit saya. Saya sebutkan berdasarkan abjad:

Fenomena



“Ah … fenomena ….”

“Sudahlah! Aku sungguh bosan mendengarmu berulang kali menyebut kata itu.” Bocah itu sampai membanting ranting yang dipakainya menggambar ayam di tanah.

“Oh ya? Tapi aku sangat menyukainya. Fenomena ….”

“Tunggu. Dulu, aku tahu ada orang yang begitu menyukai kata ‘temperatur’.”

“Oh ya?”

“Ya. Orang itu menyukainya karena dia baru mengenal kata itu. Jadi sepanjang hari dia begitu mengagumi tentang adanya kata ‘temperatur’ dan terus-menerus mengucapkannya.” Raut si bocah serius sekali, mencoba mengingat hal itu.

“Hm, kedengarannya menarik.”

“Apa kau juga seperti itu?”

“Oh bukan, bukan. Kata ‘fenomena’ bukan hal baru untukku, aku menyukainya karena memang aku menyukainya.”

“Dan kau baru akan berhenti mengucapkannya saat sudah bosan?”

“Aku tidak akan pernah bosan.”

“Aku memang tidak pernah bisa mengerti jalan pikiranmu.”

“Terkadang, ada hal-hal di dunia ini yang bagi sebagian orang begitu mengherankan. Sebagian menganggap biasa saja. Sebagian lainnya tidak pernah tahu.”

“Aku masih tidak mengerti.”

“Karena kau masih kecil.”

“Hei!”

Kamis, 28 Juni 2018

Belum Meminta


Belakangan ini saya menyadari sesuatu yang sangat sepele. Awalnya saya berpikir, masih ada yang kurang di diri saya dan saya sangat menginginkannya, selama ini saya hanya menunggu, menunggu, dan menunggu―sesekali juga usaha. Namun … setelah saya pikir-pikir, kenapa hal itu belum juga saya dapatkan? Jawabannya adalah, karena saya belum meminta! Ya, saya belum meminta! Saya ingin, tetapi saya cuek, itu masalahnya.

Maka, sejak itu saya mulai meminta pada Tuhan, dengan tulus. Ya, bukan hanya memberi saja yang harus dilakukan dengan tulus, tetapi meminta pun begitu. Walau sampai sekarang hal itu juga belum saya dapatkan, tetapi saya bahagia dan merasa aman, tidak waswas, karena saya tahu … saya sudah dan masih terus meminta dalam sujud dan doa-doa. Tuhan selalu tahu, tanpa harus berkoar-koar.


Apa kamu juga punya keinginan yang belum juga didapatkan? Coba cek kembali, mungkin kamu belum memintanya―dengan tulus.
 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo